Kasus Reinfeksi COVID-19 ditemukan di Blitar, Ini Kata Ahli Mikrobiologi

Kasus Reinfeksi COVID-19 ditemukan di Blitar, Ini Kata Ahli Mikrobiologi

Erliana Riady - detikNews
Minggu, 22 Nov 2020 20:26 WIB
Dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Etty Fitria Ruliatna
Dokter spesialis mikrobiologi klinik RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Etty Fitria Ruliatna (Foto: Erliana Riady)
Blitar -

Kasus terinfeksi kembali (reinfeksi) virus Corona ditemukan di Kabupaten Blitar. Ahli mikrobiologi klinis mengatakan strain mutasi virus COVID-19 yang baru ini mempunyai kemampuan spreading (menyebar) lebih cepat

Kasus reinfeksi ini dialami satu staf Prokopim Pemkab Blitar. Pada awal Agustus lalu, pasien terkonfirmasi positif COVID-19 namun tanpa gejala. Sekitar 14 hari menjalani isolasi di gedung LEC Pemkab Blitar, dia kemudian dinyatakan sembuh.

Pada awal Nopember ini, staf prokopim pria ini mengalami keluhan dengan diagnosa awal terserang typus. Namun ketika diambil tes swabnya, ternyata kembali terkonfirmasi positif COVID-19.

"Ini kami temukan kasus reinfeksi. Dari para ahli menjelaskan, reinfeksi ini berarti mutasi virusnya makin ganas. Jauh lebih cepat dari awal, misalnya yang dari Wuhan," kata Jubir Satgas COVID-19 Pemkab Blitar, Krisna Yekti, Minggu (22/11/2020).

Dokter spesialis mikrobiologi klinik di laboraforium mikrobiologi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Etty Fitria Ruliatna mengatakan reinfeksi bisa terjadi kalau seseorang terinfeksi lagi dengan strain (jenis) virus yang berbeda dengan virus yg menginfeksi sebelumnya.

"Ketika seseorang sudah pernah terinfeksi suatu virus, maka sistem imun tubuhnya akan membentuk kekebalan sendiri. Tapi jika dia terinfeksi yang berbeda sedikit saja strain virusnya, maka sistem imun tubuhnya sudah tidak bisa mengenali lagi," jelas Ety kepada detikcom.

Untuk strain virus yang sama, lanjut dia, Antibodi seseorang bisa bertahan antara 3 sampai 6 bulan. Reinfeksi juga bisa terjadi karena strain virus lebih kuat, jumlah paparan lebih banyak dari infeksi awal dan imunitas yang bersangkutan menurun.

Mutasi virus, lanjut dia, terjadi pada semua jenis virus RNA. Virus ada dua macam, yakni RNA atau Ribo nukleat acid dan Deoxyribo Nukleat Acid (DNA). Contoh virus RNA seperti virus influenza dan SarCov ini. Karakter virus RNA, menurut Etty, tidak stabil dan gampang mutasi. Sehingga tak heran jika strain virus COVID-19 di Wuhan berbeda dengan strain virus di USA, Eropa pun asia, termasuk di Indonesia.

Bahkan, virus corona SARS-CoV-2 diketahui bermutasi ke strain baru yang dikenal dengan sebutan D614G. Mutasi virus corona penyebab COVID-19 ini baru saja dideteksi di Malaysia dan Filipina.

"Di Indonesia banyak ditemukan strain yang baru, di Lembaga penelitian Eijkman di Jakarta, Yogya dan strain yang ditemukan di ITD Surabaya itu infonya ditemukan strain yang berbeda, memang ada salah satu di antaranya yang lebih ganas. Yang jelas, virus akan terus bermutasi, karena fitrah setiap makhluk hidup itu ingin mempertahankan diri," ungkapnya.

Lebih lanjut Etty juga mengungkapkan, IDI dan beberapa kolegium kedokteran meminta penundaan vaksinasi Corona untuk saat ini sampai selesai uji klinis fase 3 dinyatakan aman. Selain menunggu hasil uji klinis fase 3, sebaiknya vaksin dikembangkan diproses dari strain virus yang ada di Indonesia, seperti vaksin merah putih yang saat ini sedang dikembangkan oleh lembaga Eijkman.

"Dan yang bisa kita lakukan untuk pencegahan, hanya 3M. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain itu agar imun tubuh bagus, jaga asupan gizi dan istirahat yang cukup," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.