Suka Duka Tim Pemulasaraan Jenazah Pasien COVID-19 di Banyuwangi

Suka Duka Tim Pemulasaraan Jenazah Pasien COVID-19 di Banyuwangi

Ardian Fanani - detikNews
Sabtu, 21 Nov 2020 23:19 WIB
RSUD Blambangan Banyuwangi merupakan salah satu rumah sakit rujukan pasien COVID-19, yang memiliki tim pemulasaraan jenazah. Tugas mereka tidak kalah berisiko dari tugas tenaga kesehatan (nakes)
Agus Wahyudi (31), salah seorang anggota tim pemulasaraan di RSUD Blambangan/Foto: Ardian Fanani
Banyuwangi -

Pemulasaraan jenazah pasien COVID-19 di RSUD Blambangan Banyuwangi kerap terkendala sambutan keluarga pasien. Meski begitu, tim pemulasaraan tetap melaksanakan tugas dibantu aparat keamanan.

Agus Wahyudi (31), salah seorang anggota tim pemulasaraan RSUD Blambangan mengatakan, dalam proses menuju pemakaman sering terjadi kendala. Baik itu dari pihak keluarga atau warga setempat.

Yudi menuturkan, seringkali tim pemakaman yang datang dengan ambulans dicemooh oleh tetangga atau keluarga pasien meninggal dunia. "Oleh karena itu, sekarang ini setiap pemakaman jenazah COVID-19 selalu meminta pengawalan petugas kepolisian," ujarnya kepada detikcom, Sabtu (21/11/2020).

Padahal menurut Yudi, dirinya bersama teman-temannya hanya membantu melaksanakan proses pemakaman. Pemakaman jenazah COVID-19 tidak mungkin diserahkan kepada masyarakat umum. Karena tidak semua orang memiliki kemampuan dan mengetahui prosesnya. Karena harus dilakukan dengan protokol kesehatan.

"Kami hanya pesuruh yang menjalankan tugas melakukan pemakaman. Tidak perlu dibantu, yang penting tidak mem-bully kami. Kami sudah sangat senang. Karena kami ikhlas menjalankan tugas kami," ungkapnya.

Namun tidak semua orang mencibir mereka. Banyak juga yang memberikan semangat dan memberikan ucapan terima kasih kepada Yudi dan rekan-rekannya. Inilah yang menjadi suntikan semangat bagi Yudi dan timnya untuk terus bekerja.

"Jadi semangat jika ada yang memberi dukungan. Kita tak minta apa-apa. Agar jalan lancar saja sudah bersyukur kami," tambahnya.

Yudi menuturkan, penggalian makam biasanya dibantu oleh keluarga dan warga di sekitar tempat tinggal pasien meninggal. Karena di Banyuwangi tidak ada penggali makam khusus pasien COVID-19. Sedangkan untuk pengurukan makam dilakukan tim dari RSUD Blambangan.

Hingga saat ini, Yudi dan timnya sudah merawat dan memakamkan sekitar 80 pasien COVID-19 yang meninggal dunia. Selama ini dalam sehari Yudi dan timnya pernah melakukan pemakaman jenazah pasien COVID-19 hingga 5 kali.

"Saya ingat itu mulai pagi sampai jam 21.00 WIB baru selesai," ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua RT di tempat tinggalnya itu.

Tim pemulasaraan RSUD Blambangan punya obat sendiri sebagai penyemangat dalam menjalankan tugas. Meski apa yang mereka kerjakan sangat berbahaya, namun selalu mendapatkan semangat dari istri mereka.

Awal menangani jenazah yang meninggal akibat COVID-19, tim pemulasaran RSUD Blambangan sempat merasa takut dan paranoid. Karena yang dihadapi adalah virus yang ukurannya sangat kecil sehingga tidak tampak oleh mata telanjang. Namun rasa khawatir yang berlebihan itu akhirnya sedikit demi sedikit bisa terkikis setelah beberapa kali mendapatkan pelatihan.

"Saat ada pelatihan akhirnya kita mendapatkan ilmu agar tak tertular. Alhamdulillah sampai saat ini kita sehat. Temen-temen juga sehat," ujar Yudi (31).

Saking paranoidnya, saat sudah mengenakan hazmat, mau buang air kecil dan minum saja tidak berani membuka hazmat. Ketakutan terpapar virus benar-benar menghantui.

"Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan dan melakukan perawatan jenazah COVID-19, paranoidnya mulai berkurang. Tapi rasa takut dan kuatir itu tetap ada. Karena virusnya tidak kelihatan," katanya.

Semangat untuk terus mengabdi menjadi petugas perawatan jenazah juga tidak lepas dari dukungan istrinya, Rita Handayani (30). Hampir setiap hari Yudi dibuatkan jamu tradisional berbahan rempah seperti jahe, kunir dan serai. Istrinya juga selalu menyiapkan vitamin dan suplemen untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh.

Pada awalnya, istrinya sempat khawatir dan merasakan ketakutan seperti masyarakat umumnya. Namun setelah dijelaskan bahwa ini sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya, akhirnya sang istri bisa mengerti.

"Saya sampaikan pada istri saya, niat kita membantu. Kalau kita ikhlas insyaallah akan dilindungi oleh Allah SWT dan terhindar dari penyakit," bebernya.

Agar pulang ke rumah dalam keadaan bersih, biasanya Yudi lebih dulu mandi di tempat kerjanya usai melakukan pemakaman. Dia selalu menyiapkan baju ganti dari rumah. Biasanya dia membawa baju ganti lebih dari satu. Ini untuk mengantisipasi jika ada pasien COVID-19 yang meninggal dunia lebih dari satu.

"Kalau yang meninggal sampai 3 atau 4 orang ya ganti pakai sampai 3 atau 4 kali. Makanya saya bawa pakaian ganti lebih dari satu," lanjutnya.

Pria yang masih berstatus pegawai honorer ini mengaku senang bisa membantu masyarakat. Meskipun terkadang harus mengorbankan waktunya bersama keluarga. Tidak jarang dia harus kembali berangkat ke kamar Mayat meski belum sempat beristirahat.

"Yang pasti harus siap 24 jam. Setiap saat harus siap dipanggil. Baru pulang kadang sudah ada panggilan dari rumah sakit. Kadang istri iba kepada saya. Karena baru pulang, sudah harus berangkat lagi," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.