"Ini tidak saya panen, biarkan saja di kebun. Gimana lagi, harga murah tidak sesuai harapan," ujar Mustaji (55), petani cengkih warga Dusun Bomo Desa Duren, Sawahan, Nganjuk kepada detikcom Kamis (19/11/2020).
Mustaji yang memiliki 24 pohon cengkih berusia 20 tahun memilih tidak memanen karena berat di ongkos tenaga pemanen. Untuk hasil panen dengan harga cengkih yang di pasaran tidak sebanding dengan biaya tenaga dan perawatan.
Baca juga: Kemilau Ekspor Cengkih |
"Tidak sebanding kalau kita bayar ongkos tenaga yang memetik cengkih. Tenaga harian di desa saat ini sudah Rp 70 sampai Rp 80 ribu," kata Mustaji.
Mustaji mengatakan saat ini harga cengkih oleh tengkulak hanya dihargai Rp 40-50 ribu per kg. Sedangkan harga normal bisa mencapai Rp 125-150 ribu per kg.
"Biasanya Rp 125 hingga Rp 150 ribu per kg. Lha kini dihargai cuma Rp 50 ribu per kg," tandas Mustaji.
Hal senada juga dikatakan oleh Dwi perangkat Desa Duren yang resah dengan nasib petani cengkih. "Betul ini cengkih harganya anjlok drastis. Akhirnya banyak yang tidak mau manen, ada juga yang manen tapi ditimbun dulu," ungkap Dwi.
Pantauan detikcom, hampir setiap KK di Desa Duren, Kecamatan Sawahan, Nganjuk memiliki tanaman cengkih. Mereka menanam baik di pekarangan maupun di kebun.
"Di sini warga saya hampir setiap rumah punya cengkih, ada ribuan petani cengkih di sini," ujar Kades Duren Sutaji.
Simak juga video 'Cuaca Buruk Tak Surutkan Pundi-pundi Petani Melon':
(iwd/iwd)