Kini karyanya diminati masyarakat, Rupiah pun mendekat. Asad sebelumnya seorang pengemudi travel di Bali. Ia menjalani profesi antarjemput wisatawan selama tujuh tahun. Pandemi COVID-19 memukul semua sektor, termasuk pariwisata. Pariwisata Bali pun mati suri.
"Saya nganggur total selama empat bulan. Akhir Juni, saya mulai merintis usaha ini. Modalnya Rp 7 juta hasil jual motor," kata Asad saat berbincang dengan detikcom di rumahnya Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Sabtu (14/12/2020).
Akuarium karya Asad sama seperti yang lain, terbuat dari kaca. Yang membuatnya unik, alas akuarium terbuat dari akar pohon. Bentuk akuarium menyesuaikan tekstur akar yang khas.
Akuarium dibuat mini sehingga sangat cocok untuk interior. Apalagi, Asad mengisinya dengan akuaskap yang cantik. Saat diisi dengan ikan hias kecil, penampakan akuarium semakin menarik.
![]() |
"Saya di Bali sering antar tamu ke tempat wisata dan pusat kerajinan. Saya pernah lihat di sana. Munculnya ide dari situ," terang ayah satu anak ini.
Karya rumit ini dimulai dengan mengumpulkan limbah akar kayu. Semakin tua usia akar, semakin baik. Akar kayu dibentuk sesuai keinginan, lalu dihaluskan. Setelah itu kaca dicetak sesuai bentuk unik kayu lalu dipasang sesuai cetakan.
"Sementara ini cetak kaca saya nebeng teman. Rencananya mengumpulkan modal lagi untuk cetak sendiri," ujar pria berambut gondrong ini.
Setiap minggu, Asad yang dibantu satu saudaranya mampu membuat 300-400 akuarium. Ukuran akuarium paling kecil berdiameter 12 sentimeter hingga paling besar 40 sentimeter.
"Harga tergantung ukuran dan jenis kayunya. Kalau jati saya bikin yang 12 sentimeter Rp 90 ribu. Untuk yang kayu biasa atau kayu gamal yang kayunya putih tapi keras harganya sekitar Rp 85 ribu. Paling mahal ukuran 40 sentimeter seharga Rp 800 ribu," terang Asad.
Karya Asad dijual secara langsung di lapaknya dan secara online. Peminat karyanya sudah sangat luas. Omzetnya mencapai Rp 25 juta per bulan.
"Pesanan dari Pasuruan, Probolinggo, Banyuwangi, Malang, Surabaya, Gresik, Lamongan. Jawa Tengah ke Tegal, Pemalang dan Sukabumi. Ada juga pesanan dari Aceh dan Kalimantan. Saat ini proses kirim ke Sabah, Malaysia," jelasnya.
Satu-satunya kendala yang dihadapi Asad ketersediaan bahan baku. "Kayunya yang sedang susah dicari. Kaca juga agak jarang sekarang. Ini masih cari-cari," pungkas Asad. (sun/bdh)