"Pengaduan tentang banjir yang terjadi di beberapa wilayah saat musim penghujan tiba, banyak kita terima dari masyarakat," kata Kelana saat di Posko Utama Pondok Mutiara Sidoarjo, Rabu (11/11/2020)
Setelah dilakukan pengkajian, kata Kelana, permasalahan banjir disebabkan karena sangat sedikitnya jumlah tempat pengolahan sampah (TPS). Apalagi hanya ada satu buah TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Kecamatan Jabon.
"Selain itu masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya," tambahnya.
Produksi sampah yang dihasilkan Sidoarjo mencapai 2.400 ton/hari. Sedangkan instalasi pengolahan sampah hanya mampu menampung sekitar 600 ton. Ada 1.800 ton sampah yang tidak terolah pada instalasi pengolahan ditempat pembuangan sampah sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang disediakan pemerintah.
"Tentu hal tersebut akan menjadi permasalahan yang serius apabila dibiarkan berkelanjutan tanpa ada solusi," ungkap Kelana.
Pasangan Kelana-Astutik sudah memprogramkan pembangunan infrastruktur. Di antaranya menambah lebih banyak TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) maupun TPA dan fasilitas penunjang, agar masalah banjir bisa diselesaikan dan tidak menjadi masalah yang akut bagi warga Sidoarjo.
"Terutama jumlah TPST akan kita perbanyak, sampah bisa dijadikan menjadi pupuk kompos di tempat ini," jelas Kelana. (fat/fat)