Bripda Bima memiliki pembawaan yang tenang, saat ngobrol pun tak banyak kalimat yang terdengar. Tapi saat topik pembicaraan beralih ke kopi, semangatnya bangkit.
Bahasan tentang cita rasa minuman hitam itu mengalir di luar kepala. "Kopi itu bahasa pemersatu. Entah mau kegiatan apa dan keadaan apa. Maka seringnya pakai ajakan ayo ngopi. Padahal sampai sana belum tentu minum kopi," ucap Bima Dicky Permana (24), Minggu (8/11/2020).
Bima adalah peraih juara II Duta Kopi Indonesia 2020. Uniknya, Bima juga seorang anggota Polri. Tugas sehari-harinya di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). Lalu, bagaimana awalnya Bima jadi pecinta kopi?
Baca juga: Lima Kapolres di Jatim Resmi Berganti |
"Sejak masih SMA dulu suka ngopi. Awalnya kopi sachet. Terus begitu gabung di komunitas kopi barulah dikenalkan kopi murni," terang alumni SMAN 2 Pacitan tersebut.
Lambat laun minum kopi jadi kebiasaan Bima. Kini kopi tak sekadar dinikmati. Namun lebih dari itu menjadi pembangkit semangat saat tubuh terasa lelah lantaran padatnya pekerjaan.
"Yang rutin tengah hari antara jam 11 sampai jam 1 siang. Kadang malam juga. Yang jelas kalo lagi banyak kerjaan terus mood lagi kurang yang harus ngopi," katanya.
Tonton juga 'Minum Kopi Bisa Bantu Turunkan Berat Badan?':
Hampir semua jenis kopi sudah dicicipi putra pasangan Yudi Sujatmoko dan Anik Nurhayati tersebut. Namun seleranya jatuh pada jenis arabika. Rasa asam yang dominan dirasakan mampu menggugah semangat saat loyo.
"Kadar kafeinnya tinggi. Makanya rasanya lebih dominan asam. Rasanya strong. Itu yang justru cocok untuk lidah dan tubuh saya," ujarnya lantas mencicip secangkir kopi di depannya.
Sadar tak semua orang bisa menikmati kopi, Bima pun berbagi kiat sederhana. Bagi mereka yang memiliki lambung sensitif, menikmati kopi tak harus dalam kadar banyak. Seteguk dua teguk cukup.
"Istilahnya kita bisa menikmati kopi tanpa harus menyakiti diri sendiri," tuturnya.
Langkah Bima menjadi Duta Kopi berawal dari partisipasinya di Paguyuban Kopi Pacitan. Usai lulus tahapan wawancara internal, kakak dari Yuan Sinta Bella itu didaulat mewakili Pacitan di ajang kompetisi tingkat nasional.
Beberapa tahapan penilaian pun akhirnya dia jalani. Mulai dari pembuatan video bertema kopi khas daerah hingga presentasi di depan juri. Kala itu Bima mengangkat potensi kopi dari perkebunan Desa Gembuk.
Di tengah padatnya jadwal dan alokasi waktu yang sangat terbatas, semua tantangan berhasil dilalui. Langkahnya pun mulus hingga mampu masuk 40 besar pada babak grand final. Padahal total peserta sebanyak 300 dari seantero Tanah Air.
Untuk melaju ke babak final, tugas berikutnya tidaklah ringan. Bima lagi-lagi harus mampu menyuguhkan video berisi promosi kopi khas Nusantara. Dengan dukungan tim yang solid, dua video berdurasi masing-masing 2 menit berhasil diproduksi.
"Dalam durasi yang singkat itu kami berusaha memasukkan cerita di balik kopi. Jadi pas untuk promosi di media sosial," paparnya.
Rupanya, inovasi itu berhasil menyita perhatian dewan juri dari Asosiasi Duta Kopi Nasional. Saat pengumuman, nama polisi berpangkat Bripda itu menyandang posisi runner up. Tentu saja, Bima bahagia dan barsyukur.
Meski begitu, masih ada mimpi yang menggantung di benak Bima. Dia ingin melambungkan kopi Pacitan hingga dikenal se-Nusantara. Syaratnya produktivitas dan kualitas kopi yang harus tetap dijaga.
"Sekarang kopi Pacitan sudah baik. Tapi ke depan harus lebih baik lagi. Kita programkan itu menjadi misi agar kualitas kopi Pacitan sesuai dengan standar nasional," pungkasnya seraya berterima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya.