Warijan mengaku longsor tersebut terjadi saat wilayah Kecamatan Bendungan diguyur hujan deras selama lebih dari dua jam. Kondisi tersebut memicu tebing setinggi 10 meter yang ada di samping rumahnya labil dan longsor. Akibatnya timbunan material longsor menimpa dapur hingga jebol.
"Waktu itu longsor ya tidak terlalu terdengar, tiba-tiba terdengar suara kayu-kayu dapur yang patah terdesak longsor," kata Warijan, Rabu (28/10/2020).
Menurut Warijan, kejadian longsor tersebut tidak sampai menimbulkan korban jiwa maupun luka. Delapan penghuni rumahnya dalam kondisi selamat.
"Alhamdulillah selamat semua," ujarnya.
Untuk membersihkan timbunan material tanah, sejumlah warga dibantu aparat TNI dan kepolisian bergotong-royong dengan peralatan manual. Proses pembersihan tidak bisa diselesaikan salam waktu satu hari, mengingat volume material longsor cukup banyak.
Hingga saat ini pihaknya masih khawatir akan terjadi longsor susulan, karena tebing bagian atas saat ini kondisinya telah retak-retak. Untuk meminimalisir longsor susulan warga membuat parit di atas tebing agar air tidak masuk ke dalam retakan tanah.
Warijan menambahkan, selama tinggal di rumah tersebut sejak 2006 telah dua kali terjadi longsor. Longsor pertama kondisinya lebih parah, seluruh bagian dapur hancur tertimbun tanah.
"Kalau yang sekarang hanya jebol saja. Dulu 2006 saya pindah ke sini karena rumah yang lama tertimbun longsor juga," jelasnya. (iwd/iwd)