PWNU Jatim soal Pernyataan Presiden Macron: Diboikot Saja

PWNU Jatim soal Pernyataan Presiden Macron: Diboikot Saja

Amir Baihaqi - detikNews
Selasa, 27 Okt 2020 14:49 WIB
FILE - In this Tuesday, Jan. 24, 2017 file photo, French presidential candidate and former French Economy Minister Emmanuel Macron speaks during a press conference at the Government House, in downtown Beirut, Lebanon. French President Emmanuel Macron is traveling to Lebanon on Thursday Aug. 6, 2020, to offer support for the country after the massive, deadly explosion in Beirut. Lebanon is a former French protectorate and the countries retain close political and economic ties.  (AP Photo/Bilal Hussein, File)
Presiden Macron (Foto: AP Photo/Bilal Hussein, File)
Surabaya -

PWNU Jatim turut buka suara terkait pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron soal kaum radikal Islam. PWNU Jatim menegaskan agar Macron menyadari dan mencabut ucapannya itu karena hanya akan memancing kemarahan umat muslim di seluruh dunia.

"Jadi melalui forum ini saya berharap presiden Perancis itu menyadari ucapannya dan bisa menghadapi dengan kepala dingin. Untuk itu (ucapannya) harus segera ditarik soal Islam itu agama teroris dan ekstrem. Karena itu akan memancing kemarahan seluruh dunia," tegas Khatib Syuriah PWNU Jatim KH Safruddin Syarif kepada detikcom, Selasa (27/10/2020).

"Untuk itu kami sangat prihatin dan sangat menyesalkan (pernyataan) dari presiden Perancis itu. Dan kita juga tidak setuju dengan pembunuhan itu, kita juga mengecam yang dilakukan ekstremis atau teroris di sana yang membunuh guru itu," tambah Safruddin.

Menurut Safruddin, dampak kemarahan dari pernyataan Macron saat ini sebenarnya sudah terasa dengan adanya pemboikotan produk-produk Perancis di negara-negara Arab. Safruddin sendiri mengaku sangat setuju dengan tindakan itu, karena dinilai paling aman dan damai tanpa menimbulkan anarkisme dalam menanggapi pernyataan Macron.

"Jangan salahkan kalau kita akan memboikot. Dan saya setuju itu cara yang aman dan damai. Supaya mereka itu mengerti kalau produk mereka tak dibeli oleh umat Islam yang jumlahnya 2 miliar ini seperti di Indonesia dan negara-negara di dunia ini mereka akan mengalami kebangkrutan," terangnya.

"Jadi kalau Macron ini tidak menyadari dan mencabut ucapannya kemudian diadakan boikot, saya lebih setuju daripada tindakan-tindakan lain yang dapat menimbulkan anarkisme maka diboikot saja. Dan itu dampaknya sangat terasa sekali," imbuh Safruddin.

Tonton video 'Warga Palestina Bakar Foto Emmanuel Macron':

[Gambas:Video 20detik]



Sedangkan menanggapi terkait kartun atau karikatur Nabi Muhammad yang memicu pembunuhan seorang guru, Safruddin menolak jika Macron menyebut sebagai kebebasan berkespresi. Sebab, menurutnya kebebasan itu ada batasnya. Selain itu, kebebasan dengan menggambarkan Nabi Muhammad itu juga telah menyinggung perasaan umat muslim di seluruh dunia.

"Ya mengutarakan pendapat itu kan ada batasnya. Misal gambar presiden digambar sangat jelek sekali kemudian saya kasih kotoran, apa dia mau kita anggap sebagai kebebasan berekspresi. Apa dia gak marah?," jelas Safruddin.

"Jadi mengungkapkan gambar Nabi Muhammad itu bagian dari penghinaan kepada Islam. Kenapa? Karena semua yang mengekspresikan gambar maupun video kepada Nabi Muhammad itu pasti tidak sesuai," lanjutnya.

Ia kemudian menjelaskan kenapa visualisasi Nabi Muhammad sebagai hal yang sangat dilarang dalam agama Islam. Sebab Nabi adalah sosok sempurna yang tidak mungkin tergantikan keindahan visualisasi yang ada di dunia.

"Orang-orang di luar Islam itu harus mengerti bahwa ada hal-hal sensitif di dalam Islam. Dan mereka kan sudah tahu itu. Jadi kemudian tentang Nabi Muhammad itu tidak boleh difilmkan, apalagi dikartunkan. Tentu itu untuk menghindari penodaan kemulian Nabi Muhammad SWA. Itu kalau divisualisasikan atau digambarkan belum pasti sempurna kayak kanjeng Nabi," tuturnya.

Karena kalau keindahan ini 100 persen, maka 50 persen keindahan itu diberikan ke Kanjeng Nabi, sedangkan 25 persen diberikan kepada Nabi Yusuf dan 25 persen dberikan ke seluruh alam dari Nabi Adam sampai kiamat. Tidak ada yang bisa menggantikan keindahan Kanjeng Nabi itu. Makanya Islam tidak boleh memvisualisasian Nabi Muhammad. Nah, ini yang mesti dipahami," tandas Safruddin.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.