Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memiliki beberapa program penanggulangan. Salah satunya program deradikalisasi.
Sasarannya yakni para narapidana teroris (napiter) yang berada dalam lapas maupun mantan napiter di luar lapas. Program itu bertujuan untuk menetralkan dan membersihkan pemikiran-pemikiran radikalisme. Sehingga mereka bisa kembali menjadi masyarkat yang memiliki rasa cinta kepada tanah air.
Salah satu program deradikalisasi BNPT berhasil diterapkan oleh Syahrul Munif, eks napiter kelompok ISIS yang pada 2014 silam berangkat ke Suriah.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengapresiasi kemampuan para eks napiter yang kini menjadi wirausaha di berbagai bidang. Mulai dari kuliner, peternakan, perkebunan dan lain-lain.
Mereka telah berhasil membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan yang bermanfaat, dan bisa membantu masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan baru. Serta kembali berinteraksi di lingkungan masyarakat.
Menurut Boy Rafli, program deradikalisasi merupakan program yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018. Di mana sudah menjadi perintah negara untuk melakukan program pembinaan bagi mantan napiter dan para penyintas.
Untuk itu Kepala BNPT berharap agar para ikhwan lainnya dapat mengembangkan kreativitas dalam mengembangkan usaha, guna membangun kesejahteraan sosial. "Ke depan kita akan memberikan semangat lagi agar program ini menjadi lebih bagus produksinya, distribusinya, juga bisa menjangkau ke berbagai daerah di Indonesia. Sehingga bisa memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi," kata Boy Rafli saat meninjau program deradikalisasi BNPT milik eks napiter, yang juga dikelola oleh Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP), Senin (26/10/2020).
Boy Rafli berharap, program deradikalisasi akan menunjang kesejahteraan para mitra deradikalisasi, yang ada di berbagai daerah dan hari ini yang ada di Jawa Timur.
Program deradikalisasi yang selama ini dilakukan BNPT dari hulu hingga hilir, secara menyeluruh menggandeng seluruh lapisan mulai dari masyarakat, hingga unsur pemerintah.
Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tidak memarjinalkan para mantan narapidana terorisme (napiter) dan juga keluarganya di mana mereka tinggal. "Seluruh komponen masyarakat bersama instansi pemerintahan harus dapat merangkul para mantan napiter beserta para keluarganya," ujar Boy.
Kedatangan Kepala BNPT beserta jajarannya disambut hangat oleh Syahrul Munif dan para ikhwan, karena telah memotivasi mereka untuk lebih percaya diri, setelah diberikan pelatihan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan diterima di masyarakat.
Sebagai mitra deradikalisasi BNPT, Syahrul menjelaskan, program ini sangat bermanfaat dan memberikan kegiatan positif bagi kebaikan hidup untuk para ikhwan. "Yang jelas kita dipantau, dibimbing, diamati progress-nya di tengah-tengah masyarakat. Itu yang saya rasakan adanya BNPT ini. Jadi saya terbantu apalagi kita mantan yang dulu istilahnya hidup sama sosialisasi masyarakat aja susah. Tapi dengan adanya BNPT ini kami sangat terbantu," tutur Syahrul.
Upaya memerangi suburnya ideologi radikal terorisme yang menjadi tantangan besar kebangsaan, perlu disadari bersama dan membutuhkan pergerakan kolektif dari segenap elemen bangsa. Terlebih radikalisme kerap mengatasnamakan agama sebagai dasar ideologi. Sehingga dalam menyikapinya menuntut peran dari segenap tokoh agama dan para ulama, agar kebebasan umat beragama tidak tercemar oleh narasi kebencian yang dapat merusak persatuan kesatuan bangsa.
Untuk itu, usai berkunjung ke rumah produksi mitra deradikalisasi, Kepala BNPT melanjutkan kunjungannya ke Pondok Pesantren Bahrul Magfirah, Kota Malang. Kunjungan ini sebagai bentuk kerja BNPT untuk terus mengikis paham radikal intoleran di tengah masyarakat, salah satunya di lingkungan pendidikan pondok pesantren.