Saat tiba di Ponpes Nurul Karomah, Boy Rafly disambut pengasuh, KH M. Syafi'i Muthi. Keduanya terlebih dahulu berziarah ke makam pendiri Ponpes KH Muhammad Akbar Sunaryo.
Dalam pertemuannya, Boy Rafly menjelaskan bahwa paham radikal intoleran saat ini tak hanya masuk di dunia pendidikan, namun penyebaran mudah ditemukan di media sosial. Di hadapan pimpinan dan para pendidik, Boy Rafli berharap agar para pendidik terus meningkatkan dan menanamkan nilai-nilai keagamaan yang diimbangi dengan membangun semangat cinta tanah air dengan prinsip "Hubbulwathon Minal Iman."
"Untuk itu BNPT hadir di sini sangat penting karena kita ingin agar pondok pesantren memiliki ketahanan yang baik di dalam menyikapi adanya paham-paham radikalisme intoleran yang terkadang juga memungkinkan masuk kepada para peserta didik di kalangan pondok pesantren, mudah-mudahan ini saling menguatkan dari tokoh-tokoh pendidikan yang berada di pondok pesantren tentunya ke depannya jadi mitra BNPT," kata Boy Rafly, Sabtu (24/10/2020).
KH M. Syafi'i Muthi mendukung program kerja BNPT dalam melakukan pencegahan dengan bermitra dengan para alim ulama dan pimpinan ponpes se-Indonesia. Ponpes bisa menjadi mitra potensial meredam paham radikal.
"Benar yang dikatakan beliau bahwa pondok pesantren adalah menjadi mitra yang sangat potensial apalagi di era sekarang ini, tentu ukhuwah atau syariah persaudaraan antar manusia, kemudian ukhuwah wathoniyah persaudaraan cinta tanah air, kemudian ukhuwah Islamiah antara persaudaraan Islam, itu sangat kita butuhkan untuk meredam gejolak akhir-akhir ini terutama untuk meredam paham radikalisme di pondok pesantren," ungkapnya.
Usai berkunjung ke Ponpes Nurul Karomah, Boy Rafli melanjutkan kunjungan ke Ponpes Sidogiri. Di ponpes yang didirikan Sayyid Sulaiman tahun 1745 ini, Boy disambut pengasuh sekaligus anggota pimpinan Ponpes Sidogiri, K.H. Abdullah Syaukat Siradj.
Pertemuan keduanya membahas perkembangan keseimbangan bernegara dan beragama yang merupakan amalan dari nilai-nilai Pancasila. Gencarnya narasi radikalisme yang beredar di tengah masyarakat saat ini terutama di media sosial dinilai dapat memecah belah kesatuan bangsa bila masyarakat tak cermat dalam menyaring informasi dengan baik dan benar.
"Sinergi pondok pesantren dengan unsur-unsur dari pemerintah melalui BNPT, kita berharap terus membangun kehidupan masyarakat santri yang memiliki kemajuan yang tentunya kita harapkan mereka menjadi tunas-tunas bangsa. Para pemuda, santriwan dan santriwati yang kelak akan menjadi pemimpin, yang kita harapkan memiliki semangat cinta kepada tanah air. Dan di sini pondok pesantren yang mengajarkan peserta didiknya untuk membangun ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basyariyah, ukhuwah wathaniyah," ungkap Boy Rafly. (iwd/iwd)