Besek atau wadah dari bambu yang tidak memiliki harga jual tinggi, disulap pasutri Kota Probolinggo menjadi barang menarik. Hasilnya, Heru Mianto dan Wahyuni Triastutik meraup untung jutaan rupiah.
Warga Gang Perumnas Mastrip, Kelurahan Jrebeng Wetan, Kelurahan Kedopok, Kota Probolinggo ini, mengecat warna-warni besek sedemikian rupa. Tak hanya itu, mereka juga memodifikasi dengan pernak-pernik yang cantik. Pesanan semakin ramai menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pesanan pun diminati baik lokal maupun luar kota. Kebanyakan pemesanan via online merambah wilayah Mataraman.
Proses pengerjaan besek atau wadah yang biasa dibuat kemasan tempat tape dimodifikasi agar lebih menarik. Memodikasi besek ini sangatlah sederhana.
"Langkah pertama merendam besek dengan air jernih selama 10 menit. Selanjutnya besek diangkat dan direndam di dalam air mendidih yang sudah tercampur wanter atau pewarna kain," ujar Heru kepada detikcom, Rabu (21/10/2020).
Semakin banyak pewarna yang dimasukkan, membuat warna besek semakin terlihat bagus dan terang. Setelah warna tercampur rata, baru besek-besek selanjutnya dijemur hingga benar-benar kering, agar kuat dan tahan lama.
"Setelah itu, baru memberi berbagai pernak-pernik hiasan, seperti pita. Agar besek semakin cantik dan hiasan lainnya, agar terlihat lucu dan menarik dilihat," tambahnya.
Untuk harga setiap besek cantik tergantung dari ukurannya. Untuk ukuran 22 × 15 cm harganya Rp 9.500/ biji. Ukuran 20 × 10 cm dijual perbijinya Rp 7.500. Sementara bahan baku besek biasa mereka beli dari pengrajin lokal dengan harga yang kecil Rp 2.000 dan besek berukuran besar dibeli Rp 2.500/biji.
Sementara ide awal dari besek modifikasi saat dia bersama istri yang berprofesi sebagai guru ini harus bekerja dari rumah selama pandemi COVID-19. Akhirnya muncullah ide usaha barunya ini. Salah satunya memodifikasi besek anyaman bambu ini. Selain itu keunggulan lain, besek ini lebih ramah lingkungan.
"Ide besek cantik berawal muncul bersama istrinya, yang saat pandemi Corona, banyak berada di rumah, atau kerja di rumah. Ide ini muncul, karena besek hasil karnya juga ramah lingkungan, mendekati perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, karya besek cantik ini laku keras dijual, dan banyak pesenan dari lokal maupun dari luar kota," tandasnya.
![]() |
Sang istri, Wahyuni Triastutik, kendala yang dialami saat ini adalah bahan baku. Di masa pandemi COVID-19, banyak perajin besek di Probolinggo stoknya habis. Akhirnya dirinya mencari solusi dengan mencari besek harus mengambil dari Tulungagung dan Trenggalek.
"Kesulitan hanya bahan baku aja, karena saat ada penyebaran COVID-19, banyak pengrajin besek tidak berproduksi, dan akhirnya pesen besek dari pengrajin luar kota, seperti dari Trenggalek dan Tulungagung," tegas Wahyuni saat dikonfirmasi.
Penggunaan besek cantik ini, sekaligus ikut mengkampanyekan barang atau kemasan yang mudah terurai, untuk pelestarian alam. Tentunya ini hal ini juga memberikan pendapatan bagi masyarakat di masa pandemi ini.