Massa yang terdiri dari gabungan elemen serikat buruh, mahasiswa, hingga organisasi tani itu melakukan longmarch dengan berjalan kaki pelan. Barisan pertama massa para pekerja perempuan berbaju merah membawa potongan huruf yang betuliskan #mositidakpercaya. Di barisan belakangnya terdapat mahasiswa yang membawa tulisan #tolakomnibuslaw.
Massa juga membawa dua mobil bak terbuka untuk orasi di Jalan Gubernur Suryo. Saat berjalan pelan, orator mengingatkan kepada pendemo agar tetap damai tertib.
"Tidak ada kekerasan, getol tetap tolak Omnibus Law," kata orator kepada massa demo di Jalan Gubernur Suryo, Selasa (20/10/2020).
Ketika tiba di depan Grahadi, massa disambut oleh kepolisian yang membawa banner dan papan yang bertuliskan imbauan untuk demo dengan damai. Puluhan polisi berdiri berjajar dan disambut baik pula oleh massa. Selain itu, pihak kepolisian juga tampak membagikan masker kepada massa.
"Sampaikan aspirasimu di muka umum dengan santun, damai dan tertib. Maka kami akan melakukan pengamanan. Namun apabila melanggar aturan akan kami tindak tegas dan terukur," tulisan banner yang dibawa oleh lima orang polisi saat menyambut massa demo datang.
Tak lama tiba, massa langsung melakukan orasi. Salah satunya petani tambak di Bulak Banteng, Surabaya yang merasa terintimidasi dan memiliki kebebasan.
"Cabut undang-undang Omnibus Law. Kedua kami selaku petani tambah Bulak Banteng sampai sekarang terintimidasi tidak punya kebebasan. Barang kali ingin tahu, masyarakat selalu menderita. Yang awalnya petani tambak jual ikan ke pasar ongkosnya Rp 15 ribu sekarang jadi Rp 40 ribu, karena kita diintimidasi. Pemerintah harus tahu, lihat keadaan di kampung saya, bagaimana penderitaan di kampung saya. Pemerintah bisanya jangan diam saja," kata orator perempuan itu. (iwd/iwd)