Pandemi COVID-19 mendatangkan keberuntungan bagi pembudi daya labu madu di Dusun Magersari, Desa Pleret, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan. Kebun labu madu yang dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini ramai pengunjung sehingga mendatangkan rejeki bagi warga.
Sukarto, pengelola sekaligus perawat kebun labu madu Magersari mengatakan budi daya buah yang juga dikenal dengan nama pumpkin butternut itu dimulai sejak 2019. Ide awalnya didapat saat melihat tayangan video di YouTube.
"Awalnya melihat di YouTube, kok begitu unik, akhirnya coba-coba ajak teman-teman," kata Sukarto, Sabtu (17/10/2020).
Sukarto mengatakan budi daya buah bernama latin Cucurbita Moschata itu susah-susah gampang. Untuk menumbuhkannya dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Untungnya, warga tak pernah kesulitan air.
"Susahnya ya itu mengawinkan dua bunga yang ada di tanaman tersebut. Kalau dengan bantuan serangga, lebih mudah. Untung airnya mudah, dekat dari Dam Pleret," katanya.
Saat ini sudah ada 200 pohon di kebun labu madu Magersari. Satu pohon bisa menghasilkan 4 hingga 6 buah. "Beratnya 1 hingga 3 kilogram setiap buah," ujar Sukarto.
Beberapa bulan belakangan selama pandemi, kebun labu madu Magersari mulai dikenal khalayak. Setiap hari, kebun Magersari tak pernah sepi.
Selain berwisata, pengunjung pasti membeli buah berbentuk mirip kacang tanah berukuran jumbo itu. Rasa buahnya yang manis berwarna mentega dengan tekstur lembut sangat disukai pembeli.
"Saat ada Corona ini banyak warga yang datang. Mulai goweser, ibu-ibu, anak-anak muda juga, rombongan pelajar dan guru. Mereka berfoto-foto sekaligus membeli. Kalau di sini, kami jual Rp 15 ribu/kg. Di luar lebih mahal," terang Sukarto.
Heru, anggota Pokdawis Magersari mengatakan banyaknya pengunjung menguntungkan. Selain mendapat hasil dari penjualan labu madu, juga mengungkit ekonomi warga sekitar.
"Potensinya ternyata besar. Kami ingin integrasikan kebun labu madu dengan wisata Dam Pleret yang tak jauh lokasinya. Dam Pleret sudah dikenal lebih dulu, selalu ramai saat akhirnya pekan," terangnya.
Dewi Cholila, salah satu pengunjung mengatakan selain bisa mendapatkan labu madu langsung petik pohon, ia juga bisa membeli bibit. Ia mengaku tertarik budi daya labu madu di pemukimannya.
"Selain bisa beli labu madu, saya juga bisa mendapatkan bibitnya. Nantinya saya kembangkan di rumah. Untuk kesibukan selama pandemi," kata perempuan yang berprofesi sebagai guru ini.
Nadia Putri Arumsari mengaku datang ke lokasi karena bagus untuk berfoto. Ia mengaku senang menghabiskan waktu di kebun tersebut.
"Bagus buat foto loh. Masa pandemi gini wisata nggak perlu jauh-jauh. Di sini juga asyik. Bisa menikmati labu madu petik pohon," katanya.
Di sekitar lokasi juga terdapat kebun pepaya, singkong dan cabai. Selain membeli labu madu, beberapa pengunjung sekaligus membeli produk hortikultura lainnya.