Pjs Bupati Trenggalek Benny Sampirwanto, mengatakan kajian para ahli ITB terkait potensi adanya tsunami merupakan penelitian ilmiah yang harus disikapi dengan bijak. Potensi tsunami hingga 20 meter merupakan skema terburuk jika lempeng bumi di selatan Jawa jatuh secara bersamaan dan menimbulkan gempa megathrust.
"Masyarakat harus tenang menyikapai hal ini," kata Benny Sampirwanto, Kamis (1/10/2020).
Terkait kajian itu pihaknya telah mengikuti rapat terbatas jarak jauh dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah ahli dari ITS, Universitas Brawijaya serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), guna mendapatkan penjelasan secara rinci.
"Memang kemungkinan itu bisa terjadi sehingga kita perlu waspada. Namun perlu kita tahu, ada bias informasi. Di dalam jurnal disebutkan berpotensi, namun informasi yang disebar di masyarakat ditulis diprediksi," jelasnya.
Menurutnya salah langkah penting saat ini adalah memberikan edukasi secara benar kepada masyarakat, tentang mitigasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Sehingga ribuan warga yang berada di pesisir selatan Trenggalek mengetahui langkah yang harus dilakukan, termasuk evakuasi dan upaya penyelamatan diri ke titik kumpul yang telah disiapkan.
Benny mengatakan beberapa desa di pesisir selatan telah dicanangkan sebagai kampung tangguh tsunami, yang mana masyarakat telah diberikan bekal pengetahuan yang cukup tentang ancaman bencana itu.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek Joko Rusianto mengaku telah memasang berbagai rambu peringatan hingga rambu jalur evakuasi di 13 desa yang masuk kategori rawan tsunami. Selain itu sejumlah perangkat Early Warning System (EWS) juga telah terpasang di Kecamatan Watulimo, Munjungan dan Panggul.
"EWS itu terkoneksi dengan Pusdalops BPBD Trenggalek. Sehingga jika terjadi gempa besar dan ada perintah peringatan potensi tsunami dari BMKG, maka BPBD akan membunyikan alarm sebagai perintah agar warga menyelamatkan diri," kata Joko. (iwd/iwd)