Situs Candi Patakan di Lamongan dianggap menyimpan mitos. Salah satu mitos yang masih diyakini yakni situs tersebut dianggap sebagai tempat persembunyian.
Kepala Dusun Patakan, Suraji mengakui, Situs Candi Patakan kental dengan mitos. Menurutnya, sebelum diekskavasi, warga sekitar menyebut lokasi situs yang masih penuh pepohonan itu Guwo (gua, red).
"Dulu sebelum diekskavasi, bentuknya ya gerumbul pepohonan gitu, warga menyebutnya Guwo," kata Suraji saat berbincang dengan wartawan, Senin (28/9/2020).
Salah satu mitos terkait Situs Candi Patakan yang berada di Desa Patakan Kecamatan Sambeng ini, kata Suraji, jika warga datang ke candi dan pulang membawa benda-benda candi, maka akan selalu kepikiran dan ketiban sial hingga yang bersangkutan mengembalikan barang tersebut.
"Jika ada yang membawa bata atau benda-benda yang ada di candi, maka si pembawa barang akan selalu kepikiran untuk mengembalikan barang tersebut," imbuh Suraji.
Bahkan, lanjut Suraji, kalau niatnya mengambil atau merusak, maka orang itu akan merasakan sesuatu yang mengganggu dalam hidupnya. Kesialan tersebut akan terhenti jika sudah mengembalikan barang yang sudah diambilnya.
"Semisal pernah ada yang membawa batu lumpang dari candi, maka mau tidak mau harus mengembalikan," ungkap Suraji.
Mitos lain yang masih dipercaya warga terkait Situs Candi Patakan ini, menurut Suraji, yakni terkait batu putih candi. Dulu, warga Desa Patakan banyak yang mempunyai Jubung atau tempat pembakaran batu kapur. Suatu hari di antara pengusaha ada yang mengambil batu dari lokasi candi untuk isi Jubung sebagai bahan kapur. Ternyata batu-batu dalam Jubung itu tidak bisa matang.
"Dari pemahaman warga akhirnya diketahui ternyata batu-batu yang dibakar itu diambil dari lokasi candi. Sehingga batu-batu itu kemudian dikembalikan ke candi," jelasnya.
Selain dikenal dengan mitosnya, Situs Candi Patakan dulunya sering dikenal sebagai lokasi persembunyian. Sebelum ada ekskavasi, banyak pelaku pencurian kayu yang bersembunyi di situs ini dan tidak ada yang berani mendekat ke situs karena mitos-mitos tersebut.
"Jauh sebelumnya juga sering digunakan juga kabarnya pernah dijadikan lokasi persembunyian pejuang-pejuang ketika sebelum Indonesia merdeka," jelasnya.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho juga mengakui mitos yang berkembang di masyarakat sekitar situs. Dari cerita yang berkembang di masyarakat, kata Wicaksono, Situs Candi Patakan menjadi lokasi persembunyian sejak lama.
"Mitos semacam ini masih berkembang hingga kini di masyarakat sekitar situs," ujarnya.
Untuk diketahui, BPCB Jatim bersama Disparbud Lamongan melakukan ekskavasi tahap 4 Situs Candi Patakan sejak Senin (21/9) lalu. Situs ini ditemukan pada 2013. Situs Patakan merupakan kompleks bangunan dengan luas 5.112 meter yang dibatasi oleh dinding keliling yang membentuk denah persegi empat dengan ukuran 72 m x 71 m.
Situs Patakan kemungkinan besar berasal dari abad 10-11 Masehi, dan berlangsung hingga masa Majapahit. Hal ini juga dibuktikan dengan ditemukannya fragmen porcelain dari Dinasti Song pada abad 10-13 masehi. Selain itu, dari ekskavasi juga ada temuan mata uang China dari Dinasti Song dan Dinasti Ming abad 14-17 Masehi.