Ekskavasi Situs Candi Patakan semakin menarik. Tidak ditemukan pintu di situs yang berada di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng, Lamongan ini.
Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, hingga hari ketiga ekskavasi tahap 4, banyak temuan menarik yang semakin melengkapi misteri keberadaan situs, yang berjarak 1 km dari jalan antarkecamatan ini.
"Yang semula diduga adalah pintu masuk, setelah digali ternyata adalah dinding," kata Wicaksono saat berbincang dengan detikcom, Rabu (22/9/2020).
Selain belum ditemukan pintu di Situs Candi Patakan, lanjut Wicaksono, pihaknya juga masih belum menemukan tangga atau semacam undak-undakan, yang biasa digunakan untuk masuk ke atas situs. "Tidak ada tangga, ini yang membuat candi ini di luar arsitektur candi biasanya," ujarnya.
Pada ekskavasi tahap empat hari kedua dan ketiga, mereka bisa membuka bagian atas situs. Untuk saat ini, imbuh Wicaksono, arkeolog menemukan 2 bilik yang berada di bagian atas candi.
"Kita sudah berhasil membuka bagian atas bangunan utama candi yang kita ketahui ada 2 bilik," terangnya.
Lebih jauh Wicaksono mengungkapkan, dua bilik yang berada di bangunan utama tersebut berada di bagian selatan dan utara. Di mana di bilik bagian utara tampak masih tertata Sementara bilik bagian selatan sudah sedikit hancur. Di antara 2 bilik ini ada pelataran semacam ruang altar yang datar.
Seperti diketahui, Candi Patakan yang berada di Dusun Montor ditemukan pada 2013 dan tahun ini masuk proses ekskavasi tahap 4. Temuan awal, bangunan yang diperkirakan dari masa Airlangga tersebut merupakan bangunan rumah ibadah dengan stupa.
Situs Candi Patakan merupakan kompleks bangunan dengan luas 5.112 meter persegi, yang dibatasi oleh dinding keliling yang membentuk denah persegi empat dengan ukuran 72 m x 71 m. Baik gapura dan dinding keliling disusun dari perpaduan antara batu putih dan bata.
Di halaman dalam kompleks terdapat dua buah bangunan. Bangunan pertama atau utama berdenah persegi empat dengan ukuran 18,88 m dan lebar 12,30 m, memanjang utara-selatan. Situs Patakan kemungkinan besar berasal dari abad 10-11 Masehi, dan berlangsung hingga masa Majapahit.
Hal ini juga dibuktikan dengan ditemukannya fragmen porcelain dari Dinasti Song pada abad 10-13 masehi. Selain itu, dari ekskavasi di lokasi ini, ada temuan mata uang China dari Dinasti Song dan Dinasti Ming abad 14-17 Masehi.