Usia muda yang nongkrong sumbang 3.879 kasus COVID-19 di Surabaya. Kelompok usia muda itu sekitar 15 hingga 34 tahun. Dari data Dinkes Surabaya per 14 September 2020, angka itu menyumbang 29,36 persen dari total komulatif terkonfirmasi 13.208.
Dokter spesialis kejiwaan RSU dr Soetomo, dr Yunias Setiawati SpKJ mengaku kelompok usia muda ingin menunjukkan jati diri dengan membentuk kesetiakawanan sosial. Mereka berkumpul bersama teman-teman sebayanya. Mereka menganggap saat berkumpul merasa aman, nyaman dan saling terlibat.
"Kedekatan dengan teman sebaya sering membuat mereka lupa dan tidak mengindahkan bahaya. Karena merasa akrab, tidak mungkin temannya sakit tidak besuk, padahal mereka juga memahami teman tersebut telah kontak dengan siapa, apakah mereka terpapar atau tidak," kata Yunias saat dihubungi detikcom, Jumat (18/9/2020).
Pada kondisi yang serba mendadak seperti saat pandemi COVID-19, jelas dia, memerlukan penyesuaian. Saat awal pandemi, mereka masih banyak yang patuh. Namun saat era new nomal, mereka sudah merasa bosan karena terlalu lama diam di rumah terpisah dengan teman. Akhirnya memutuskan untuk nongkrong atau mencari wifi untuk mengerjakan tugas.
"Mereka merasa aman berbicara dengan teman dan sering lupa memakai masker atau masker dipakai di atas dagu. Kondisi ini rawan penularan COVID-19," tambahnya.
Baginya, kelompok remaja akan merespon kondisi penuh tekanan dengan perilaku marah yang berlebihan. Sebab mereka sudah bosan dan terlalu lama di rumah.
"Mereka senang berkumpul dengan teman sebaya, mereka senang nongkrong berjam-jam," ujarnya.
Akibatnya, risiko penularan juga semakin tinggi. Sebab, saat nongkrong kebanyakan membuka masker, karena mereka tak hanya makan dan minum. Mereka juga mengobrol saat melepas masker.
"Risiko penularan tinggi karena sering bergerombol, berbagi makan, minuman, bercerita dan saling berdekatan. Supaya lebih akrab melepas masker," jelasnya.
Sementara, tegas dia, cara untuk mengingatkan kelompok usia muda agar tidak nongkrong, dilakukan dengan cara pendekatan ke personal. Melalui tokoh panutan dari kelompok juga bisa dilakukan untuk menjelaskan tentang pentingnya menjaga kesehatan saat pandemi COVID-19.
"Mengajarkan remaja untuk mengenal emosinya, mengembangkan energi positif. Misalnya tetap berteman tetapi lewat medsos di bawah pengawasan orang tua. Melibatkan remaja dalam kegiatan sehari-hari di rumah," pungkasnya.