Penyebaran Info-Demic Lebih Cepat Dibanding COVID-19

Penyebaran Info-Demic Lebih Cepat Dibanding COVID-19

Esti Widiyana - detikNews
Jumat, 18 Sep 2020 11:41 WIB
Departemen Komunikasi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Rachma Ida Dra MCommsbPhD
Prof Rachma Ida Dra MCommsbPhD, Ahli Studi Media Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair/Foto: Istimewa
Surabaya -

Di masa pandemi COVID-19, selain memutus mata rantai penyebaran virus, ada tantangan lain yang harus dihadapi masyarakat. Yakni penyebaran info-demic berita.

Tidak sedikit informasi hoaks beredar dalam situasi pandemi COVID-19 yang menjadi sorotan utama. Bahkan, disinformasi tersebut justru lebih dipercaya dan dapat menyebabkan kepanikan bagi masyarakat.

Departemen Komunikasi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menggelar webinar. Salah satu pematerinya Prof Rachma Ida Dra MCommsbPhD, Ahli Studi Media Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair.

Menurutnya, info-demic merupakan banjir berita atau informasi yang sangat banyak. Dosen yang biasa disapa Prof Ida itu juga memberikan contoh judul berita yang memicu kepanikan masyarakat di awal pandemi lalu. Yakni 'Seorang Relawan yang Telah Disuntik Vaksin COVID-19 di Bandung Kabarnya Positif COVID-19'.

"Judul itu tentu bisa membuat persepsi pada masyarakat bahwa vaksin dapat menularkan virus dan mereka akan takut dengan vaksin. Padahal, judulnya saja masih menggunakan diksi 'kabarnya' dan belum tentu yang menyebabkan positif adalah vaksin," kata Ida dalam webinar bertajuk 'Media dan Info-Demic: Menata Berita dan Bencana Stigma Sosial', seperti dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (18/9/2020).

Tonton video 'Kasus Corona di Dunia Tembus 30 Juta':

[Gambas:Video 20detik]



Info-demic juga dapat menunjukkan terjadinya Communal Perception. Yakni keadaan di mana suatu informasi yang dilaporkan dan dikonsumsi dapat mempengaruhi tingkah laku serta psikologi masyarakat.

Banyaknya salah informasi juga bisa menyebabkan dampak buruk. Seperti menjadi paranoid, ketakutan berlebih bahkan dapat melakukan hal-hal yang membahayakan bagi dirinya sendiri.

"Sayangnya, karena tidak memiliki standar maupun kode etik fake news, penyebaran disinformasi di berbagai media ini lebih cepat dibandingkan penyebaran virus Corona," ujarnya.

Sementara itu, Revolusi Riza Zulverdi wartawan CNN Indonesia menceritakan pengalamannya yang mengalami perubahan pola kerja selama pandemi. Biasanya ketika mencari data bisa bertemu narasumber secara langsung, kini tidak bisa dia lakukan karena harus menjaga jarak.

"Kami juga mengalami kebingungan dalam menerapkan protokol kesehatan saat awal pandemi. Mau pake masker kain takut tidak manjur karena sering terjun ke lapangan bertemu banyak orang. Tapi mau pake masker medis ya harganya sangat mahal dan sudah mulai langka saat itu," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.