Mobil Jeep Kawulo Alit ikut mengantarkan paslon Henry Pradipta Anwar-Yasin Hermanto saat mendaftar untuk Pilwali Blitar. Pengamat politik Doktor Sholih Mu'adi menyebut, sistem patron klien telah membelah kekuatan nasionalis Blitar dalam memberikan dukungan sebagai Wali Kota Blitar.
Model patron klien merupakan sistem politik membangun loyalitas tuan hamba. Sistem ini telah dibentuk oleh wali kota terdahulu Samanhudi Anwar, ayah Henry Pradipta Anwar, ketika memimpin PDIP sejak era orde baru menuju reformasi. Patron klien melekat kuat pada ormas Kawulo Alit sebagai tempat mereka bersandar.
"Politik dinasti di Kota Blitar akan dibangun melalui pencalonan Henry Pradipta Anwar. Atau dikenal dengan julukan Thole. Kita tahu persis, bahwa selama ini Samanhudi membangun partai model patron klien. Jadi loyalitasnya sangat tinggi sekali," ucap Dekan Fisip Universitas Brawijaya (UB) saat dihubungi detikcom, Rabu (9/9/2020).
Orang yang terpilih melalui proses kepengurusan di PDIP, lanjut dia, banyak orang-orangnya Samanhudi. Dari kondisi demikian, diharapkan Thole bisa memperoleh rekomendasi dari PDIP. Apalagi ketika PDIP membuka pendaftaran bacalon wali kota, Henry bersama Plt Wali Kota Blitar Santoso, mendaftar di partai tersebut.
Tapi kenyataan yang berkembang tidak seperti yang diharapkan. Inilah yang kemudian, peluang itu dimanfaatkan oleh Thole untuk meraup suara-suara PDIP yang tidak berada pada konsep loyalitas struktur partai.
"Saya yakin PDIP struktural di Kota Blitar pasti akan tunduk kepada DPP PDIP yang dikomandani Djarot Saiful Hidayat. Tapi dari sisi grass root pasti akan terjadi pembelahan dukungan. Itu sudah pasti," imbuhnya.
Dengan kondisi pembelahan ini, pengamat politik ini mempertanyakan apakah sosok Thole mampu 'mensolidkan' yang disebut Kawulo Alit itu? Ataukah mereka hanya mengambil sebagian dari total jumlah di grass root-nya PDIP? Tentu itu akan menjadi catatan nantinya.
Sholih menilai, mereka yang loyal kepada Samanhudi merupakan orang-orang yang banyak menikmati keutungan ketika Samanhudi berkuasa. Sehingga dengan memberikan dukungan kepada Thole, besar harapannya masih bisa lebih lama menikmati keuntungan itu.
"Henry itu diharapkan bisa menjadi miniatur bapaknya. Dia diharapkan bisa melakukan seperti apa yang dilakukan bapaknya pada mereka. Sedangkan mereka yang pernah disisihkan, pasti akan tunduk pada struktur partai," ungkapnya.
Kawulo Alit selama ini identik sebagai afiliasi PDIP. Padahal bukan. Mereka adalah kaum nasionalis loyalis Bung Karno yang disisihkan di era orde baru. Kondisi ini dimanfaatkan Samanhudi Anwar menggalang massa yang saat itu belum menjadi apa-apa.
Kawulo alit mewadahi orang-orang yang sakit hati, menjadi sebuah gerakan massa yang kemudian mengantarkan Samanhudi menjadi Ketua DPRD dan Wali Kota Blitar. Secara struktural, Kawula Alit tidak ada dalam PDIP.
Usai mendaftar Pilwali Blitar, Henry juga tegas menyatakan jika Kawulo Alit berada di pihaknya. "Kawulo Alit bersama saya," pungkasnya.