Gunungan yang pertama adalah tumpeng nasi kuning atau nasi gurih. Lengkap beserta lauk pauknya, seperti ingkung, sambal goreng, serundeng, kulupan dan irisan mentimun. Semua masakan ini penuh makna filosofis sebagai ungkapan doa pengharapan dan syukur.
Gunungan kedua, merupakan tumpeng aneka buah-buahan dan polo pendem. Atau tanaman umbi-umbian hasil ladang warga setempat. Seperti talas, ubi, ketela pohon dan kacang tanah.
Selain itu, setiap warga yang hadir juga membawa nampan yang isinya tumpeng nasi kuning. Lengkap dengan ingkung dan lauk pauknya. Nampan itu beralaskan daun pisang yang diselipi janur kuning. Simbol menuju jalan untuk memohon rida Tuhan Yang Maha Esa.
"Larung sesaji atau petik laut ini merupakan tradisi warga saat Suroan. Yang menentukan harinya ya para sesepuh di Jolosutro," kata Camat Wates R Agus Prihandoko kepada detikcom, Minggu (6/8/2020).
Selain tradisi saat Suro, juga ritual yang dilaksanakan menjelang masa panen tangkapan ikan. Gunungan tumpeng itu merupakan simbol rasa syukur atas berkah Allah SWT. Sekaligus juga doa pengharapan agar ikan saat masa tangkapan bisa banyak dan rejeki warga membawa berkah.
Setelah dilakukan doa bersama, dua gunungan tumpeng diangkat oleh delapan nelayan menuju lautan. Begitu iringan pembawa tumpeng mendekat ke bibir pantai, gelombang membesar seakan ikut menyambut sesaji untuk laut.
"Kalau disini gunungan tumpeng digotong delapan orang. Lalu mereka berjalan menuju laut tidak diangkut pakai perahu. Tapi tidak sampai ke tengah ya...pokok tumpengnya bisa terbawa arus ke tengah laut," imbuhnya.
Ritual petik laut biasanya ikut diramaikan pengunjung yang datang ke destinasi wisata laut itu. Namun saat ini, Satgas COVID-19 Kabupaten Blitar belum merekomendasikan Pantai Jolosutro dibuka untuk umum.
Sehingga, pelaksanaan larung saji petik laut kali inipun juga dibatasi jumlah kehadiran warga. Selain itu, panitia di pantai juga ketat memeriksa suhu tubuh warga yang hadir dan mewajibkan semua memakai masker.
"Biasanya pengunjung bisa ikut makan tumpeng usai selamatan. Tapi kali ini, tumpeng yang dihidangkan dibawa pulang ke rumah masing-masing warga untuk menjaga jarak aman dan meminimalisir paparan virus Corona," pungkasnya. (iwd/iwd)