Makam Dewi Sekardadu di Dusun Kepetingan Desa Sawohan Kecamatan Buduran, merupakan salah satu tempat wisata religi di Sidoarjo. Namun sayang tempat tersebut selalu sepi, hanya waktu-waktu tertentu saja ramai pengunjung.
Sebenarnya, makam Dewi Sekardadu itu sangat cocok untuk liburan bernuansa religi. Makam ini sebenarnya sudah terkenal karena Dewi Sekardadu memiliki sejarah dan cerita tersendiri. Bahkan dia merupakan anak dari Raja Blambangan pada abad ke 14. Namun sayang karena akses ke makam tersebut tidak memadai sehingga pengunjung terkadang berpikir untuk ke sana.
Bagi peziarah yang akan ke makam Dewi Sekardadu bisa memilih mengunakan jalur darat atau menggunakan jalur sungai. Bagi yang memilih menggunakan jalur darat bisa memulai dari Desa Sawohan selanjutnya melintasi jalan tambak sejauh 10 km dengan sepeda motor.
Dengan lebar jalan hanya 1 meter, jalan berpaving yang kondisinya kurang bagus itu sampai ke makam membutuhkan waktu 1 jam. Membuat para wisata religi merasa enggan ke makam tersebut.
Sementara itu jika menggunakan jalur sungai naik perahu membutuhkan waktu 1,5 jam. Diawali dari Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi atau Desa Bluru Kidul Kecamatan Kota Sidoarjo hingga menuju makam.
Perjalanan dengan perahu membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dengan mengeluarkan biaya Rp 50 ribu per orang. Apabila menyewa perahu sendiri mengeluarkan biaya sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu.
"Wisata religi di lokasi ini sebenarnya sangat perlu bagi para siswa untuk belajar sejarah. Karena Dewi Sekardadu ini merupakan putri dari Prabu Menak Sembuyu Raja Kerajaan Blambangan di Banyuwangi pada abad ke 14. Namun sayang jalan menuju makam tidak ditunjang dengan infrastrukturnya," kata Kalipin (63), tokoh masyarakat setempat kepada detikcom, Sabtu (22/8/2020).
Tonton juga 'Wisata Religi: Pemandangan Kota Semarang dari Menara Al-Husna':
Kalipin meneruskan ceritanya, konon Putri Ayu Dewi Sekardadu ini merupakan anak gadis yang terkenal cantik dan santun. Ketika menginjak usia dewasa sang putri ini terserang penyakit, dengan upaya apapun Raja Blambangan selalu gagal untuk menyembuhkan putrinya. Akhirnya sang raja menggelar sayembara, barang siapa yang bisa menyembuhkan putrinya, kalau seorang laki-laki akan dijodohkan dengan Putri Ayu Dewi Sekardadu.
"Kemudian munculah seorang laki-laki yang bernama Syeh Maulana Iskak. Dia berhasil menyembuhkan penyakitnya Putri, akhirnya kedua pasangan itu dinikahkan oleh Raja Blambangan. Suatu ketika antara Syeh Maulana Iskak dengan Raja Blambangan tidak sefaham untuk mengikuti ajaran Islam," ujarnya.
Sehingga Syeh Maulana Iskak berpamitan ke sang istri untuk mengembara. Dan berpesan apabila sang jabang bayi yang dikandungnya lahir seorang laki-laki harus diberi nama Raden Paku. Setelah Raden Paku lahir, oleh Raja Blambangan bayi tersebut dibuang di laut. Mengetahui anaknya di buang ke laut Dewi Sekardadu menceburkan diri ke laut untuk mencari anaknya.
"Namun usaha sang Putri gagal, kemudian jasad Putri Ayu Dewi Sekardadu ditemukan oleh warga nelayan Sidoarjo. Kemudian dimakamkan di sini," terang Kalipin.
![]() |
"Menurut ceritanya bahwa jasad Dewi Sekardadu dari tengah laut dipinggirkan rame-rame oleh ikan Keting di pinggir pantai. Dari peristiwa itu dusun ini diberi nama Dusun Ketigan, kemudian disempurnakan lagi menjadi Dusun Kepetingan," jelas Kapilin.
Dari pantauan detikcom, peristirahatan terakhir Dewi Sekardadu jauh dari keramaian sangat berbeda dengan tempat wisata religi di tempat lain. Makam ini sangat sederhana di tengah tanaman mangrove serta sebagian dikelilingi oleh tambak ikan.
Letak pesarean Dewi Sekardadu tersebut berada di sebuah ruang tertutup. Di atas pintu utama pesarean terdapat tulisan "Pesarean Dewi Sekardadu". Kemudian pesarean nya ditutupi kotak kayu, namun ada pintu kecil yang bisa dibuka untuk tabur bunga bagi peziarah.