Ketua Gugus Kuratif Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi mengatakan kasus kematian di Jatim tinggi salah satunya karena tingginya persentase kematian dengan ventilator.
"Di rumah sakit saya saja (RSU dr Soetomo), angka kematian dengan ventilator sebesar 74 persen. Apalagi di rumah sakit yang ahlinya mungkin tidak sebanyak di Soetomo," kata Joni di Gedung Negara Grahadi, Rabu (19/8/2020) malam.
Joni menyebut kematian di ruang ICU angkanya cukup besar. Pihaknya kini mengusahakan mempercepat diagnosa pasien agar tidak masuk ke ruang ICU.
"Karena begini kematian di ruang ICU besar, jadi kita pisahkan pasien. Mempercepat memisah pasien supaya pasien tidak masuk ke ICU," jelasnya.
Sejauh ini, pihaknya telah memisah antara pasien dengan gejala ringan, sedang hingga berat. Untuk pasien ringan akan dirawat di RS Darurat COVID-19 Jatim di Jalan Indrapura, Surabaya.
"Kalau untuk pasien gejala sedang dan gejala berat baru sekarang dirawat di RS Rujukan COVID-19 di Jatim. Hal ini dilakukan agar pasien misal ringan konsen dirawat di RS Darurat. Kalau sedang dan berat di RS Rujukan," ujarnya.
"Makin hari makin dipisahkan pasiennya. Kita juga usaha menekan angka attack ratenya sehingga pelan-pelan bisa lebih konsentrasi," lanjutnya.
Dirut RSU dr Soetomo ini membeberkan persentase kondisi pasien di Jawa Timur. Jumlah pasien dengan gejala ringan berjumlah 70 persen. "Untuk sedang dan berat masing-masing berada di kisaran 10-15 persen," imbuhnya.
Joni juga menambahkan persentase kasus kematian mulai menurun di Jatim. Hari ini, kasus kematian berada di angka 7,19 persen.
"Tapi yang bagus dari kasus kematian, hari ini persentasenya menurun terus. Berarti ini ada upaya-upaya dari kita semua," pungkasnya. (iwd/iwd)