Seorang ibu melahirkan sendiri di Rumah Sakit Pelengkap Medical Center (RS PMC) tanpa bantuan tenaga medis, lalu bayi tersebut meninggal. Seperti apa penjelasan pihak rumah sakit terkait kasus ini?
Kepala Bagian Pemeriksaan RS PMC dr Bani Cahyono mengatakan, ibu berinisial DR (27) tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Selasa (4/8) pukul 01.30 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan petugas medis yang berjaga saat itu, kondisi DR baru tahap pembukaan satu. Air ketuban pasien belum pecah.
"Karena pasien ini hasil rapid test-nya positif (reaktif), kami tempatkan di ruang Darusallam sebagai pencegahan saja supaya tak terjadi permasalahan. Pecah ketubannya di ruang Darusallam. Ruangan khusus untuk terduga COVID-19," kata dr Bani kepada wartawan di RS PMC, Jalan Ir H Juandan, Kelurahan Pepanjen, Kecamatan/Kabupaten Jombang, Jumat (7/8/2020).
Ia menjelaskan, petugas medis kembali memeriksa DR di ruangan Darusallam sekitar pukul 03.00 WIB. Namun, leher rahim (serviks) perempuan warga Desa Gedangan, Kecamatan Sumobito, Jombang itu baru pada tahap bukaan dua. Sehingga pihaknya sebatas melakukan observasi terhadap pasien secara ketat.
Proses pembukaan leher rahim sebagai jalan lahirnya bayi dihitung dengan angka 1-10. Setiap perempuan mempunyai jangka waktu berbeda dari terbukanya serviks sampai melahirkan.
"Habis itu jam 5 (pukul 05.00 WIB) posisi bayi lahir. Tapi penyebabnya apa, kami belum bisa mengetahui karena menunggu audit Dinas Kesehatan dan audit internal kami," terang dr Bani.
Melihat bayi DR sudah lahir, lanjut dr Bani, sejumlah petugas medis melakukan penanganan dengan prosedur resusitasi jantung paru (RJP). Yakni prosedur penyelamatan jiwa yang digunakan pada keadaan gawat darurat, ketika detak jantung dan pernapasan pasien berhenti.
Prosedur RJP untuk menyelamatkan bayi perempuan DR. Sehingga dia menampik tidak ada petugas medis yang menolong pasien.
Tonton video 'Kisah Wanita di Tasikmalaya Mendadak Hamil 1 Jam Lalu Melahirkan':
"Setahu saya insyaallah enggak (tidak menolong). Soalnya kan kami juga sudah melakukan RJP selama dua siklus. Dari situ memang (bayi DR) tidak bisa diselamatkan. Kalau kami tidak menolong kami tidak mungkin melakukan RJP," ungkapnya.
Dr Bani juga menampik anggapan bahwa para tenaga kesehatan yang bertugas saat itu melanggar prosedur penanganan ibu melahirkan. Namun, dia tidak bisa memberi penjelasan saat dikonfirmasi soal DR yang terpaksa melahirkan tanpa bantuan petugas medis.
"Kita tunggu hasil auditnya saja. Saya juga belum mengetahui ke arah sana. Setelah ada kematian, kami langsung lapor ke Dinas Kesehatan," jelasnya.
Ia menambahkan, manajemen RS PMC akan menerima apapun hasil audit Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin meningkatkan pelayanan setelah mendapatkan hasil audit," lanjut dr Bani.
DR melahirkan anak keduanya di ruang isolasi untuk pasien terduga Corona RS PMC tanpa dibantu petugas medis. Saat itu, dia hanya ditemani ibu kandungnya, AL (63). Dia dipindahkan ke ruang isolasi Darusallam karena reaktif saat di-rapid-test di IGD.
Perempuan yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta di Jombang ini menyebut, petugas medis baru memberikan pertolongan sekitar 30 menit setelah bayinya lahir. Saat itu, petugas medis RS PMC memastikan buah hati DR sudah meninggal dunia.
Padahal, AL sudah berusaha meminta pertolongan ke perawat sejak bayi perempuan itu baru terlihat rambutnya. Sedangkan DR sudah banyak mengeluarkan air ketuban. Namun, perawat RS PMC meminta mereka menunggu hingga pukul 09.00 WIB karena masih tahap observasi.