Tahap awal ekskavasi skala besar situs Kumitir di Kabupaten Mojokerto difokuskan pada area makam Dusun Bendo. Karena di tempat pemakaman umum ini diperkirakan terpendam struktur candi tempat pendarmaan Raja Singasari.
Penggalian dilakukan para arekolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim di area barat makam Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo. Area barat makam ini kebetulan belum ada kuburannya sama sekali. Sehingga ekskavasi tak perlu memindahkan makam warga.
"Kami fokuskan di area tengah atau area makam dulu sambil kami negosisasikan kompensasi lahan yang lain," kata Kepala BPCB Jatim Andi Muhammad Said kepada wartawan di lokasi ekskavasi, Kamis (6/8/2020).
Ekskavasi di area makam Dusun Bendo digelar dengan membuat beberapa kotak galian. Sejauh ini, para arkeolog menemukan struktur bata merah di sisi selatan area makam, atau di sektor 2. Bangunan purbakala ini membentang dari timur ke barat dengan panjang sekitar 5 meter. Tinggi struktur yang nampak baru 24 cm dengan lebar sekitar satu meter. Sedangkan di sektor 1 atau sisi utara area makam, baru ditemukan singkapan struktur bata merah.
"Kami menemukan struktur bata di sektor dua (area makam). Sebagian sudah rusak, mungkin ada penggalian sebelumnya. Kami belum bisa mendeteksi bentuknya karena harus melihat konteks temuan lainnya," terang Andi.
Selain dua sektor area makam Dusun Bendo, lanjut Andi, tim juga dibagi untuk mengekskavasi 3 titik di situs Kumitir. Ketiga sektor penggalian tersebut berada di titik yang diperkirakan terdapat talud sisi utara. Para pemilik lahan pada tiga titik ekskavasi telah menerima kompensasi.
"Kami sudah menemukan adanya lanjutan talud sisi utara. Itu juga yang kami telusuri," tandasnya.
Pada ekskavasi tahap pertama 21-30 Oktober 2019, para arkeolog BPCB Jatim menampakkan talud sisi timur situs Kumitir sepanjang 197 meter. Ketebalan struktur dari bata merah itu mencapai 140 cm. Sementara tinggi bangunan yang berhasil digali sekitar 120 cm.
Para arkeolog juga menggelar pra-ekskavasi pada 29 Juni-1 Juli lalu untuk memetakan luasan talud yang mengelilingi situs Kumitir. Dinding penguat tanah kuno itu diperkirakan mempunyai panjang 312,3 meter, sedangkan lebarnya 193,6 meter.
Ekskavasi pun dilanjutkan tahun ini menggunakan anggaran sekitar Rp 800 juta. Penggalian arkeologi skala besar ini digelar selama satu bulan. Yakni mulai Selasa (4/8) sampai Rabu (9/9). BPCB Jatim mengerahkan 40 personil dan melibatkan 50 warga sekitar situs Kumitir sebagai tenaga penggali.
BPCB Jatim menargetkan ekskavasi tahap dua menemukan seluruh bagian talud situs Kumitir yang masih terpendam. Pihaknya juga menggali area barat makam Dusun Bendo untuk mengungkap potensi adanya candi pendarmaan Raja Singasari.
Talud di situs Kumitir dipercaya mengelilingi kompleks bangunan suci berupa candi. Berdasarkan naskah Negarakertagama dan Pararaton, Raja Mahesa Cempaka yang wafat 1268 masehi didarmakan di Kumeper. Nama Kumeper diyakini menjadi Kumitir pada masa modern.
Candi tersebut dibangun 12 tahun setelah wafatnya Raja Mahesa Cempaka. Yaitu tahun 1280 masehi. Saat itu Singasari dipimpin Raja Kertanegara. Hingga pada masa Majapahit, candi di situs Kumitir menjadi ujung timur kota raja.
Bangunan suci itu juga diperkirakan pernah diperbaiki pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Sehingga candi tetap difungsikan pada zaman Majapahit. Mahesa Cempaka merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit.
Hipotesis adanya candi tempat pendarmaan Raja Singasari juga diperkuat dengan penemuan sejumlah batu komponen candi di makam Dusun Bendo. Yakni berupa 2 batu pipi tangga candi dengan dimensi masing-masing 130x100x100 cm, batu antefiks sebagai hiasan atas candi, serta sejumlah balok batu yang menjadi komponen badan dan kaki candi.
Batu pipi tangga candi ditemukan tepat di sebelah barat dan timur makam umum Dusun Bendo. Oleh sebab itu, candi di situs Kumitir ini diperkirakan mengadap ke barat. Candi yang menghadap ke barat pada masa kerajaan Hindu berfungsi sebagai tempat pendarmaan raja. Sementara candi untuk pemujaan atau sembahyang pada umumnya menghadap ke timur.
Candi suci tersebut dibangun dengan memadukan bahan batu andesit dan bata merah. Bata merah digunakan pada konstruksi bagian tengah candi. Sedangkan bagian kelilingnya menggunakan batu andesit. Struktur candi runtuh diduga akibat gempa bumi.
Pecahan keramik yang ditemukan dalam proses ekskavasi talud timur tahun lalu dan di sekitar makam Dusun Bendo juga memberi petunjuk berdirinya bangunan suci di situs Kumitir. Pecahan yang ditemukan dari 3 dinasti kerajaan China. Mulai dari keramik Dinasti Song dari abad 11-12 masehi, Dinasti Yuan abad 12-14 masehi, serta Dinasti Ming abad 15-17 masehi.