Ekskavasi Skala Besar Situs Kumitir Mojokerto, Ini yang Dicari Arkeolog

Ekskavasi Skala Besar Situs Kumitir Mojokerto, Ini yang Dicari Arkeolog

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 04 Agu 2020 15:11 WIB
Ekskavasi Situs Kumitir di Kabupaten Mojokerto digelar dalam skala besar selama satu bulan. Penggalian arkeologi yang menelan biaya lebih dari Rp 500 juta itu, ditargetkan mengungkap seluruh bagian talud yang mengelilingi situs pendarmaan Raja Singasari tersebut.
Situs Kumitir di Kabupaten Mojokerto/Foto: Enggran Eko Budianto
Mojokerto -

Ekskavasi Situs Kumitir di Kabupaten Mojokerto digelar dalam skala besar selama satu bulan. Penggalian arkeologi yang menelan biaya lebih dari Rp 500 juta itu, ditargetkan mengungkap seluruh bagian talud yang mengelilingi situs pendarmaan Raja Singasari tersebut.

Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Andi Muhammad Said mengatakan, ekskavasi skala besar digelar mulai Kamis (6/8) sampai Rabu (9/9). Hari ini, pihaknya meninjau titik-titik yang akan digali di Situs Kumitir, Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo. Peninjauan tersebut melibatkan petugas dari Dirjen Perlindungan Kebudayaan Kemendikbud dan Yayasan Arsari Djojohadikusumo.

"Ekskavasi kami gelar selama sebulan penuh dibiayai Direktorat Perlindungan. Pelaksananya BPCB Jatim kerja sama dengan Yayasan Arsari. Kami juga melibatkan komunitas dan masyarakat setempat, terutama para pemilik lahan yang akan digali," kata Andi kepada wartawan di lokasi ekskavasi, Selasa (4/8/2020).

Ekskavasi tahap dua situs Kumitir, lanjut Andi, menjadi yang terbesar di Jatim. Selain digelar selama satu bulan, penggalian struktur cagar budaya akan melibatkan puluhan arkeolog dan tenaga ahli lainnya.

"Dari BPCB Jatim sekitar 40 orang, ditambah masyarakat sekitar dan komunitas. Karena luas banget tempatnya, nanti kami akan sebar titik-titiknya," ujarnya.

Pada ekskavasi tahap pertama 21-30 Oktober 2019, para arkeolog BPCB Jatim menampakkan talud sisi timur Situs Kumitir sepanjang 197 meter. Ketebalan struktur dari bata merah itu mencapai 140 cm. Sementara tinggi bangunan yang berhasil digali sekitar 120 cm.

Para arkeolog juga menggelar pra-ekskavasi pada 29 Juni sampai 1 Juli lalu untuk memetakan luasan talud yang mengelilingi Situs Kumitir. Dinding penguat tanah kuno itu diperkirakan mempunyai panjang 312,3 meter, sedangkan lebarnya 193,6 meter.

Selama satu bulan ekskavasi tahap kedua, Andi menargetkan mampu mengupas seluruh bagian talud Situs Kumitir. Menurut dia, ekskavasi kali ini difokuskan pada area sekitar 2.000 meter persegi. Yakni baru sekitar 30 persen dari total luasan situs pendarmaan Raja Singasari tersebut.

Tonton video 'Penjelasan Arkeolog soal Perahu Baja di Bengawan Solo':

[Gambas:Video 20detik]



"Targetnya minimal kami bisa menemukan struktur talud, akan kami telusuri sampai di mana dan bagaimana bentuk talud tersebut. Kami juga akan menggali bagian tengah untuk mengungkap ada bangunan apa di bagian tengah ini. Karena tak mungkin ada talud tanpa objek yang ditaludi. Karena kami temukan batu pipi tangga candi dan juga batu-batu candi di area makam (Dusun Bendo)," terangnya.

Sebelum itu, tambah Andi, pihaknya akan lebih dulu menuntaskan kompensasi bagi para pemilik lahan yang dilalui ekskavasi. Puluhan bidang tanah yang terdampak ekskavasi milik Pemdes Kumitir dan perorangan.

"Kalau sistem sewa, besarannya berapa? Banyak sekali pemilik lahannya, ada yang milik desa dan perorangan. Kami telusuri dan ajak bicara satu per satu pemilik lahannya. Kami tidak akan merugikan masyarakat," tegasnya.

Pamong Budaya Direktorat Jendral Perlindungan Kebudayaan Kemendikbud Abdi Kusno menjelaskan, pihaknya mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 500 juta untuk ekskavasi tahap kedua situs Kumitir.

"Anggarannya cukup besar karena terkait jumlah orang yang terlibat dan kompensasi lahan. Angkanya di atas Rp 500 juta," jelasnya.

Ia membenarkan, ekskavasi tahap kedua baru akan mengupas sekitar 30 persen dari total luasan Situs Kumitir. Oleh sebab itu, ekskavasi akan diprogramkan kembali tahun-tahun berikutnya.

"Tahun depan kami rencanakan lagi untuk ekskavasi Situs Kumitir. Ujungnya, harapan kami dapat bermanfaat bagi masyarakat," tandasnya.

Talud di situs Kumitir dipercaya mengelilingi kompleks bangunan suci berupa candi. Berdasarkan naskah Negarakertagama dan Pararaton, Raja Mahesa Cempaka yang wafat 1.268 Masehi didarmakan di Kumeper bersama Wisnu Wardhana. Keduanya merupakan penguasa Kerajaan Singasari. Nama Kumeper diyakini menjadi Kumitir pada masa modern.

Candi tersebut dibangun 12 tahun setelah wafatnya Raja Mahesa Cempaka. Yaitu tahun 1280 masehi. Saat itu Singasari dipimpin Raja Kertanegara. Hingga pada masa Majapahit, candi di Situs Kumitir menjadi ujung timur kota raja. Bangunan suci itu juga diperkirakan pernah diperbaiki pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Sehingga candi tetap difungsikan pada zaman Majapahit.

Mahesa Cempaka merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Semasa hidupnya, Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana menjadi Raja Singasari secara bersama-sama. Kedua raja ini menjadi ahli waris karena sama-sama menjadi keturunan Ken Dedes dari ayah yang berbeda.

Hipotesis adanya candi tempat pendarmaan dua raja Singasari juga diperkuat dengan penemuan sejumlah batu komponen candi di makam umum Dusun Bendo. Yakni berupa 2 batu pipi tangga candi dengan dimensi masing-masing 130x100x100 cm, batu antefiks sebagai hiasan atas candi, serta balok batu yang menjadi komponen badan dan kaki candi.

Batu pipi tangga candi ditemukan tepat di sebelah barat dan timur makam umum Dusun Bendo. Oleh sebab itu, candi di Situs Kumitir ini diperkirakan menghadap ke barat. Candi yang menghadap ke barat pada masa kerajaan Hindu berfungsi sebagai tempat pendarmaan raja. Sementara candi untuk pemujaan atau sembahyang pada umumnya menghadap ke timur.

Candi suci tersebut dibangun dengan memadukan bahan batu andesit dan bata merah. Bata merah digunakan pada konstruksi bagian tengah candi. Sedangkan bagian kelilingnya menggunakan batu andesit. Struktur candi runtuh diduga akibat gempa bumi.

Pecahan keramik yang ditemukan dalam proses ekskavasi talud timur tahun lalu dan di sekitar makam Dusun Bendo juga memberi petunjuk berdirinya bangunan suci di situs Kumitir. Pecahan keramik yang ditemukan dari 3 dinasti kerajaan China. Mulai dari keramik Dinasti Song dari abad 11-12 masehi, Dinasti Yuan abad 12-14 masehi, serta Dinasti Ming abad 15-17 masehi.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.