Dhito yang sekaligus merupakan putra dari Seskab Pramono Anung, santer dibicarakan akan menjadi calon tunggal Bupati Kediri. Bahkan santer diisukan melawan kotak kosong di Pilkada Kabupaten Kediri Desember mendatang lantaran belum ada penantang kuat bagi Dhito.
Saat ini Dhito mendapat rekomendasi dari partai PDI Perjuangan berpasangan dengan kader PKB, Dewi Maria Ulfa. Selain PDIP dan PKB, pasangan ini juga didukung oleh NasDem, Golkar, PAN, dan Gerindra.
PDIP sendiri di DPRD Kabupaten Kediri memiliki 15 kursi, PKB 9 kursi, Gerindra 5 kursi, Golkar 6 kursi, NasDem 4 kursi, dan PAN 5 kursi.
Mengenai fenomena ini, DR. Zainal Arifin, pengamat politik sekaligus pengajar ilmu hukum di Universitas Islam Kediri menganggap hal tersebut merupakan hal yang biasa dan bukan menjadi suatu hal yang spesial maupun aneh. Saat ini pasangan Dhito dan Dewi sudah mendapat dukungan dari 6 partai politik, menyisakan 3 partai parlemen yaitu PPP, Demokrat, dan PKS.
Dengan dukungan PDI Perjuangan saja, yang menguasai 15 kursi di gedung parlemen Dhito bisa mendapat peluang besar sebagai pemenang. Belum lagi partai pengusung lainnya. Dengan basis suara PDI Perjuangan di Kabupaten Kediri, Zainal melihat semakin memuluskan jalan Dhito menjadi calon tunggal dengan menguasai suara mayoritas, karena kultur partai PDI Perjuangan yang selaras dan suasana mencair dengan warga Kediri, tokoh Dhito dapat menjadi sosok yang diinginkan masyarakat.
"Sosok muda Dhito bisa menjadi harapan baru bagi warga Kabupaten Kediri, apalagi dia berangkat dari PDI Perjuangan yang selaras dan cair dengan kultur masyarakat Kabupaten Kediri. Belum lagi PDI Perjuangan menguasai kursi parlemen," jelas Zainal kepada detikcom, Rabu (29/7/2020).
Disinggung apakah Dhito akan menjadi calon tunggal dan kemungkinan melawan bumbung kosong, Zainal berpendapat bahwa dalam politik segala hal menjadi perhitungan, termasuk bagi partai politik besar lainnya seperti Golkar, Gerindra, NasDem dan PAN.
"Dalam politik segala hal menjadi perhitungan, terutama parpol besar seperti Golkar, PAN, Gerindra, NasDem. Menurut saya mereka mungkin telah memperhitungkan bahwa kedepannya politik kekuasaan tidak bisa diraih sendiri, mereka harus berteman dan menempel dengan partai terbesar saat ini dan itu adalah PDI Perjuangan, sehingga mereka ikut mendukung Dhito, bahkan dukungan untuk Dhito ini cukup kuat saya lihat, mulai dari pusat sampai bawah, meskipun ada riak penolakan di kalangan politikus, namun dorongannya sangat kuat. Jadi menurut saya Desember mendatang pasangan ini akan menang dan membawa perubahan seperti yang diinginkan masyarakat," imbuh pria yang juga pernah menjadi Komisioner KPU Kota Kediri.
Lalu kenapa tidak ada pasangan calon Bupati Kediri yang muncul dan diusung oleh partai politik lain, Zainal menjelaskan jika sebelumnya ada sejumlah nama muncul di tengah masyarakat Kediri, namun kembali lagi jika dilihat dari ilmu sosiologis, ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan masyarakat memilih pemimpin yakni aspek ekonomi, sosial dan politik.
Menurut Zainal saat ini dari beberapa aspek tersebut sosok Dhito dan nama besar Pramono Anung akrab dan dapat diterima oleh masyarakat maupun politikus Kediri. Itulah yang menjadi kunci Dhito bisa sangat mudah diterima dan dicalonkan tanpa ada lawan pada Desember mendatang.
"Jadi nama besar Pramono Anung, dan Mas Dhito ini sudah sangat familiar bagi warga Kabupaten Kediri, tidak sulit jika akan dijadikan sosok Bupati Kediri, dan orang yang akan melawan pun juga berpikir ulang dengan kriteria Dhito maupun pengalaman Pramono Anung," pungkas Zainal. (iwd/iwd)