Penyanyi dan pencipta lagu, Imron Sadewo yang mewakili Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI ) mengaku tercerahkan dan memiliki semangat baru setelah aspirasi mereka didengarkan perwakilan dewan.
"Walaupun belum ada hasil dari yang sudah disampaikan oleh Ibu Chusnul, tapi itu sudah membantu buat saya dan teman-teman. Mudah-mudahan ini kesungguhan dari beliau-beliau yang memimpin betul-betul disampaikan aspirasi kita," kata Imron usai hearing di DPRD Kota Surabaya, Senin (27/7/2020).
Pentolan orkes melayu Moneta itu menambahkan pihaknya ingin agar ada revisi dari Wali Kota Surabaya terkait Perwali No 33 tahun 2020. Menurut Imron, revisi akan membuat semangat kembali dalam berkesenian.
"Kita nggak pingin Surabaya dari Kota yang nyaman menjadi Kota yang tidak nyaman kalau seandainya kita tidak ada keputusan dan ketentuan dari Wali Kota. Ini masih menunggu hasil, dan dari awal kita tidak setuju turun ke jalan, lak dijarno piye (kalau dibiarkan bagaimana), harus mensupport, mau enggak mau begitu," ungkap Imron.
Setelah hearing tersebut, Imron mengaku dewan akan menyampaikan ke Pemkot terkait aspirasi mereka. Dewan menginformasikan tidak ada pencabutan namun mendorong untuk direvisi.
"Tidak dicabut, namun dievaluasi dan direvisi, kita menunggu hasilnya, tadi Bu Chusnul sudah bilang, tidak meminta pencabutan, namun mungkin ada tambahan, evaluasi, revisi," lanjut pelantun lagu Kandas tersebut.
Imron juga menceritakan selama ini pihaknya mendapatkan banyak masukan dan curahan hati dari sesama seniman dan budaya. Menurutnya mereka banyak yang patah arang dengan situasi saat ini.
"Dampaknya Masyaallah, tadi itu saya paling sebentar ngomongnya, karena banyak yang mewakili, dari kebudayaan, saya banyak bukti temen-temen yang mengadakan aksi frontal, membakar suling, membuang gitarnya, membuang keyboard nya ke laut dan sungai, dan memendam alatnya, tapi itu sudah sering kami tunjukkan, termasuk satu kotak wayang kulitnya,"ungkap Imron.
"Yang paling menyentuh saya, koncone awak dewe nyilih duwek 250 ewu anake loro (teman kita, pinjam uang Rp 250 ribu karena anaknya sakit), sampai segininya Pemerintah Kota (Surabaya), lah ini 5 bulan, mungkin temen-temen lainnya bisa gojek mungkin bisa lah. Tapi kalau mengharapkan pyur (penuh) dari kesenian coba anda pikirkan, anak sakit enggak punya uang," lanjut Imron.
Imron menyampaikan agar segara mendapatkan solusi yang konkret agar bisa berkarya kembali.
"Kita minta solusi, bagaimana dan kita mau diapakan, atau mau dibeginikan dengan tidak ada ketetapan, digantung. Terus pemerintah juga ngambang, tapi kami butuh keadilan," tandas Imron.
Tonton video 'Musisi Kafe Surabaya Galang Dana Dampak COVID-19':
(iwd/iwd)