Pekan ini, ada sebuah posting-an yang menyebut kue klepon sebagai jajanan tidak Islami. Pengusaha sekaligus pedagang klepon di Pasuruan pun meradang.
'Kue klepon tidak Islami. Yuk tinggalkan jajanan yang tidak Islami dengan cara memberi jajanan Islami. Aneka kurma yang tersedia di toko Syariah kami'. Belum jelas sumber gambar berisi tulisan tersebut, tetapi dalam gambar tertulis 'Abu Ikhwan Aziz'.
Tulisan tersebut membuat pedagang klepon di Pasuruan geram. "Itu yang buat (iklan) itu nggak punya kerjaan. Kalau punya kerjaan nggak mungkin seperti itu. Orang kurang waras itu," kata Ainul Azizah (35), Pemilik sekaligus Pedagang Klepon Raja Rasa di Jalan Raya Panderejo No 10, Gempol, Pasuruan kepada detikcom, Selasa (21/6/2020).
Ibu tiga anak ini menegaskan, klepon yang dijualnya terbuat dari bahan yang halal. Proses pembuatannya juga baik.
"Bahannya tepung ketan, pandan untuk pewarna, gula merah dan gula putih. Saya sebagai Muslim juga sangat berhati-hati. Saya berdoa dulu sebelum membuat klepon," ujar perempuan yang sudah membuat dan menjual klepon sejak 2008.
Bahkan, kata dia, klepon produknya juga sering menjadi oleh-oleh mereka yang bepergian ke luar pulau dan luar negeri. "Nggak hanya dalam kota yang beli. Banyak yang beli dibawa ke luar negeri," imbuhnya.
Ainul menduga, orang yang menyebut klepon tidak Islami sengaja ingin mendompleng kue atau makanan lain yang dijual. "Dia gitu supaya jualannya laku mungkin. Wong artis saja pengen terkenal pakai cara seperti itu," ungkapnya.
Selama ini kawasan Gempol dikenal sebagai sentra klepon. Klepon Gempol sudah dikenal luas di masyarakat. Pedagang lainnya pun merasa heran mengapa klepeon disebut tidak islami.
Tonton video 'Viral Klepon Tidak Islami, Pedagang Klepon: dari Mananya?':
"Sebenarnya bingung juga kenapa kok dikatakan nggak islami. Kan beda misalnya dikatakan tidak halal. Kalau tidak halal itu bisa kita ketahui dari bahan, penyajian, pembuatan. Misal bagi Muslim tidak boleh pakai minyak babi, misalnya," kata Siti Maulidya (50), pemilik Toko Rapi Klepon, Jalan Raya Pandeanrejo, Lekok, Gempol, Pasuruan, Rabu (22/7/2020).
Ketua UMKM Kecamatan Gempol ini mengatakan, para pedagang juga tidak terpengaruh oleh isu tersebut. Mereka memilih diam.
"Jualan seperti biasa. Kalau pengaruh ke penjualan belum ada. Yang berdampak itu yang pandemi COVID-19 ini terasa. Kalau isu itu belum ada dampaknya," ungkap perempuan yang sudah 20 tahun jualan klepon ini.
Menurutnya, isu klepon tidak islami juga menuai respons beragam pedagang di sentra klepon Gempol, Pasuruan. Ada yang meradang, menyayangkan, bingung, namun ada juga harapan positif.
Ia melihatnya dari sisi bisnis. Pembuat isu tersebut, kata dia, ingin mengenalkan produknya dengan cara mendiskreditkan klepon. Namun isu itu bisa juga menguntungkan pedagang klepon.
"Bisa jadi dengan upayanya dia (pembuat iklan kelepon tidak islami) mau menekan klepon akhirnya nanti viralnya klepon malah jadi boom dicari orang. Mana sih jajanan klepon katanya tidak islami. Kalau dari saya segi bisnis bisa saja bermanfaat buat pedagang klepon. Kalau dikatakan seperti itu orang tidak akan percaya jelas malah mencari itu," tambah ibu dua anak ini.
"Berharap isu viral itu mengangkat penjualan klepon. Kalau pengaruh ke penjualan belum ada saat ini. Yang berdampak itu yang pandemi COVID-19 ini terasa. Mungkin kita lihat beberapa hari ke depan lah. Ada atau tidak ada dampak," pungkasnya.