Surabaya -
Pria di Surabaya mengajukan permohonan untuk memindahkan jenazah ayahnya yang terlanjur dimakamkan di blok khusus COVID-19. Mengapa ia berniat memindahkan jenazah ayahnya?
Pengacara itu yakni Dino Wijaya (42). Ia merupakan salah satu anak dari Erwan Siswoyo. Jenazah Erwan saat ini dimakamkan di blok khusus COVID-19, TPU Keputih. Dino berniat memindahkan jenazah ayahnya karena keluarga yakin, yang bersangkutan meninggal tanpa terpapar COVID-19.
"Jadi tanggal 11 bulan lalu ayah saya ke klinik Jasa Medika karena sakit panas dan trombositnya turun dan hipertensi. Terus diberi obat dan sempat diinfus," tutur Dino kepada detikcom, Kamis (23/7/2020).
"Pas masuk klinik ayah saya juga sempat rapid test mandiri. Kan memang saat ini screening-nya gitu. Dan hasilnya nonreaktif. Kemudian disarankan rawat jalan dan pulang," imbuhnya.
Saat rawat jalan itu, tambah Dino, kondisi ayahnya sempat membaik dan check up lagi ke klinik. Usai dari klinik, sekitar pukul 14.00 WIB, ayahnya berniat akan minum obat dan makam agar-agar.
Namun saat makan agar-agar itu, ayahnya tersedak dan sempat muntah-muntah. Karena khawatir dengan kondisinya, Dino kemudian membawa ayahnya ke RS Darmo.
"Itu siang sekitar pukul 13.00 ayah saya pulang dari klinik. Terus makan dan tersedak habis agar-agar dan muntah-muntah, kan waktu itu juga mau minum obat," jelasnya.
"Terus kami bawa ke UGD RS Darmo. Karena langganannya. Saya bawa ke sana sama adik saya pakai mobil sendiri. Waktu dalam perjalanan itu sempat ngorok tiga kali. Tapi kita kan gak tahu," imbuhnya.
Menurut Dino, ayahnya sampai di UGD RS Darmo sekitar pukul 14.30 WIB. Namun oleh dokter jaganya telah dinyatakan meninggal dalam perjalanan. Selain itu, ayahnya juga dinyatakan meninggal dengan status pasien dalam pengawasan (PDP).
"Sampai di RS 14.30 WIB. Menurut dokternya death on arrival (DOA) atau dalam perjalanan. Tapi adik saya waktu itu maksa diberi resusitasi (tindakan pertolongan pada seseorang yang napasnya berhenti)," ujar Dino.
"Nah herannya sudah dianggap meninggal dalam perjalanan dengan statusnya juga dianggap PDP," tambah Dino.
Tak hanya itu, setelah ayahnya meninggal, Dino dan keluarganya juga mengaku sempat disuruh tanda tangan bahwa ayahnya meninggal karena mengarah COVID-19.
"Setelah meninggal. Disuruh tanda tangan dari RS bahwa meninggalnya karena mengarah COVID-19. Saya sempat protes tapi mereka bersikukuh," lanjutnya.
Menurut Dino, jenazah ayahnya akhirnya dibawa dengan ambulans dan dimakamkan di TPU Keputih blok khusus COVID-19. Dino juga mengaku selama ini sudah mencoba bermediasi meminta jenazah ayahnya dipindahkan namun RS selalu beralasan hal itu bukan kewenangannya.
"Pukul 00.00 WIB atau tanggal 13 Juli dini hari akhirnya jenazah ayah saya dibawa ke Keputih dengan ambulans Dinsos. Saya juga ikut ngubur di situ," terangnya.
"Selama ini saya dan keluarga juga sudah mencoba mediasi minta RS untuk memindahkan jenazah ayah saya. Tapi katanya itu bukan wewenangnya tapi gugus tugas. Ya memang bukan wewenangnya tapi kan gara-gara dokter jaganya akhirnya dimakamkan di sana," pungkas Doni.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini