Aplikasi 3S (Status, Sehat, Saya) untuk tracing COVID-19 buatan Alumni Mahasiswa ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) sudah pernah ditawarkan ke Pemprov Jatim. Tapi hingga kini belum direspon.
"Kita sudah tawarkan, tapi sejauh ini memang belum ada respon. Kita sudah menemui Diskominfo Jatim, Dinkes Jatim hingga Gugus Tugas COVID-19 Jatim. Kita belum berkomunikasi langsung dengan Bu Gubernur (Khofifah Indar Parawansa)," kata Juru Bicara Alumni ITS, Buyung kepada detikcom, Kamis (23/7/2020).
Buyung menjelaskan aplikasi tersebut bisa membantu kerja Gugus COVID-19 Jatim. Salah satu negara yang telah menggunakan aplikasi serupa yakni di Korea Selatan dan hasilnya memuaskan.
"Dari pada kita pakai aplikasi dari New Zealand, yang kata Pak Presiden di media yang harganya Rp 100 miliar, lebih baik kita. Apalagi fitur kita lebih lengkap dan bahkan dengan aplikasi yang di Korea lebih lengkap kita," jelasnya.
Fitur-fitur tersebut, lanjut Buyung, yakni pertama tracing COVID-19. Bagaimana pengguna yang positif COVID-19, nanti pergerakannya ke mana saja dan bisa menyebabkan apa saja.
Kedua, notifikasi terhadap pengguna dan keamanan setempat apabila ada user berstatus merah mendekat dan membahayakan area mereka.
"Ketiga, status wilayah zonasi bisa didapatkan informasinya oleh user apabila memasuki wilayah baru. Lalu ke-4, tracing 14 hari, jadi record user yang berstatus 14 hari ke mana saja bisa ditampilkan. Kemudian ke-5, aplikasi ini bisa memberi perubahan status. Tapi yang melakukan pihak terkait dalam hal ini dinkes," jelasnya.
Yang ke-6, status user bisa berubah sesuai kondisi. Misal, seseorang yang statusnya hijau, tapi masuk ke zona merah, maka akan berubah statusnya bisa ke kuning.
Lalu yang terakhir, Buyung menjelaskan aplikasi ini bisa diterapkan di mal, kantor atau tempat yang berpotensi didatangi banyak orang dalam kapasitas untuk mengecek kesehatan pengunjung.
"Kita contohkan di mal, nanti kalau kita sudah sehat, akan ada barcodenya. Saat masuk mal, tinggal discan saja barcode, bahwa pengunjung itu merupakan salah satu user yang sehat dengan status hijau. Barcode nantinya akan sangat membantu kepraktisan untuk mengetahui keadaan pengunjung," terangnya.
Buyung menambahkan dirinya bersama Tim Alumni ITS yang menciptakan aplikasi 3S merupakan salah satu pencipta server aplikasi yang digunakan China untuk mentracing COVID-19.
"Kalau masyarakat terbuka akan hal ini, maka tracing akan berhasil. Apalagi sekarang kita memasuki new normal, maka kita harus menyiapkan hal yang baru, dan aplikasi ini bisa menjadi jawaban kecepatan tracing kepada pasien COVID-19," pungkasnya.