Menurut Khofifah, industri susu salah satu industri yang masih bisa survive di tengah pandemi. Bahkan, bisnis susu justru tumbuh, mengingat susu adalah salah satu produk kesehatan.
Dari data Kementerian Pertanian, jumlah kebutuhan susu nasional pada 2019 mencapai 4.3 juta ton/tahun. Sedangkan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) hanya mampu memenuhi 20% dari kebutuhan nasional sehingga 80% berasal dari impor.
Data lain menyebut konsumsi susu masyarakat Indonesia masih kecil. Yakni sekitar 15 sampai 16 liter per kapita per tahun. Hal ini di bawah negara tetangga seperti Thailand yang sudah mencapai 30 liter per kapita per tahun.
"Ini menjadi peluang bagi Jatim karena bisa menjadi salah satu strategi pemulihan ekonomi masyarakat. Kebutuhan SSDN masih sangat besar," kata Khofifah di Surabaya, Senin (20/7/2020).
Khofifah optimistis jika peternak sapi perah Jatim mampu menjaga kualitas produk susu segar, maka keberlangsungan industri ini tidak akan terganggu dan tetap stabil. Industri susu juga dapat menjadi solusi penyerapan tenaga kerja.
Tak hanya itu, Khofifah juga menyampaikan apresiasinya pada Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan, Pasuruan yang dinilai mampu survive dan bahkan menjadi pendorong ekonomi di Kabupaten Pasuruan hingga Jatim. Bahkan, di masa pandemi, produksi susu di KPSP yang menaungi 6.100 petani dan peternak ini justru naik 35 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Saya melihat peluang bisnis dan keberlangsungan koperasi ini sangat strategis. Usahanya dari hulu hingga hilir. Koperasi ini model bisnis dan skalanya sudah menyerupai korporasi," imbuh Khofifah.
Selain itu, Khofifah berpesan KPSP Setia Kawan perlu melakukan pengembangan dan inovasi produk olahan susu. Termasuk memperhatikan pengemasan, promosi dan pemasarannya.
"Saya lihat KPSP Setia Kawan sudah melakukan diferensiasi produk olahan susu. Seperti permen susu, kerupuk susu, dan minuman susu dengan berbagai varian rasa. Ini inovasi yang luar biasa," pesan Khofifah.
Khofifah berharap Koperasi Setia Kawan ini menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Kabupaten Pasuruan, khususnya bagi kemandirian ekonomi masyarakat dengan keanggotaan koperasi produk hasil ternak, yakni susu.
Data yang ada, populasi Sapi Perah di Jatim mencapai 287.197 ekor, sedangkan di Kabupaten Pasuruan ada 92.931 ekor. Untuk kontribusinya terhadap sebesar nasional 51 persen dari produksi susu di Jatim sebanyak 523.203.000 liter/tahun.
Ke depan, Khofifah menyebut Pemprov Jatim akan berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk memberikan subsidi penyediaan bibit atau indukan sapi berkualitas. Karena, indukan sapi perah saat ini masih harus diimpor, maka Pemprov bersama Kementan dan Pemkab Pasuruan akan menghitung ulang seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan indukan tersebut.
"Saya minta tim dari KPSP Setia Kawan ini ikut membantu merumuskan kebutuhannya, karena saat ini RKP untuk APBD 2021 tengah disusun. Apa saja komponennya dan berapa subsidi yang dibutuhkan agar bisa didiskusikan dengan DPRD Jatim sehingga bisa masuk dalam APBD 2021 sesuai kemampuan APBD provinsi. Kita juga akan koordinasikan dengan Kementan agar kebutuhan strategis peternak sapi dan hilirisasi produknya dapat berkembang lebih pesat," paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum KPSP Setia Kawan H.M. Koesnan mengatakan pihaknya akan terus memperluas kemitraan dan berupaya menurunkan harga susu kemasan di tingkat masyarakat umum.
KPSP juga akan mengembangkan produk olahan susu untuk memberi nilai tambah. Meski selama masa pandemi COVID-19 pemasaran ke perusahaan susu penampung mengalami sedikit penurunan hingga 7.6 persen.
"Dengan menerapkan kebijakan protokol kesehatan, memperluas kemitraan, menurunkan harga jual susu segar kepada masyarakat umum serta mengembangkan produk olahan kami harap pandemic COVID-19 ini tidak begitu mempengaruhi kinerja bisnis kami," harap Koesnan. (hil/iwd)