Pakar kesehatan masyarakat Unair setuju dengan hasil survei yang dilakukan LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU). Dalam survei itu, diketahui 59 persen percaya kecil kemungkinan kena virus Corona. Sedangkan 40 persen lainnya percaya COVID-19 tak akan menular di tempat ibadah.
"Iya saya baca survei itu. Jadi memang persepsi risiko orang sini (Warga Surabaya) memang rendah. Tapi masih lebih tinggi dari DKI Jakarta. Itu lebih parah lagi. Tapi sama-sama jelek. Kan kalau skalanya 1 sampai 5 kalau tidak salah. Di sini cuma 3 koma sekian jadi tengah-tengah. Jadi artinya sedang. Tapi termasuk rendah," ujar Pakar Kesehatan masyarakat Unair Dr dr Windhu Purnomo kepada detikcom, Senin (20/7/2020).
Menurut Windhu, rendahnya persepsi masyarakat Kota Pahlawan karena dipicu rendahnya pengetahuan soal COVID-19. Tak hanya itu, hal itu juga diperparah dengan informasi-informasi hoaks yang banyak bertebaran di media sosial.
"Orang itu kan punya persepsi risiko yang rendah begitu karena pengetahuannya yang rendah. Jadi kan gini, orang itu punya persepsi risiko yang tinggi karena bila pengetahuannya baik. Dan orang pengetahuannya baik kalau dia menerima informasi yang benar," terangnya.
"Nah sekarang itu orang ketika membaca apa saja terutama lewat medsos itu banyak beredar hoaks. Ada yang mengatakan COVID-19 ini buatan manusia, yang terori konspirasi macam-macam. Atau ini sengaja dibuat oleh tenaga kesehatan agar dapat duit itu kan banyak beredar," tambah Windhu.
Tonton video 'Dalam Seminggu Terakhir, Kasus Corona Banyak dari Perkantoran':
Untuk meningkatkan persepsi risiko masyarakat yang rendah, ujar Windhu, pemerintah harus melakukan komunikasi publik dengan berbagai cara mengenai apa itu COVID-19. Sebab, menjelaskan virus Corona memang bukan perkara mudah karena barangnya yang tak terlihat.
"Yang paling penting saat ini, komunikasi risiko dari pemerintah. Artinya masyarakat ini ditunjukan dengan berbagai cara. Tidak hanya melalui TV kan banyak media yang bisa digunakan. Yakinkan bahwa virus ini ada di sekitar kita. Dan sangat berbahaya dan bisa membuat kita tertular. Supaya persepsi itu naik," tegasnya.
"Karena orang ini tidak ngerti virus itu ada. Kan barangnya tak kelihatan. Kan lebih gampang kalau menjelaskan sesuatu barangnya itu kelihatan. Oh itu loh ada harimau. Nah ini kan virus," tandasnya.
Sebelumnya, Surabaya menjadi salah satu kota di Indonesia dengan kasus virus Corona tinggi. Maka dari itu, LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab NTU melakukan studi terkait persepsi risiko masyarakat Surabaya terkait Corona.
Hasil survei menunjukkan sebagian besar warga Surabaya percaya sangat kecil kemungkinan terpapar virus COVID-19. Lebih dari 50 persen warga yang mengikuti studi tersebut dilaporkan percaya kecil kemungkinan terpapar Corona.