Presiden RI Joko Widodo memberi deadline 2 pekan kepada Gugus COVID-19 Jatim untuk menurunkan angka kasus Corona. Lalu bagaimana kasus Corona di Jatim saat ini?
Ketua Gugus Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi mengatakan, sulit rasanya untuk menurunkan angka kasus positif Corona di Jatim. Terlebih, menurutnya dalam dua pekan terakhir, aktivitas warga di jalan sudah ramai.
"Untuk case (kasus) positif COVID-19 rasanya sulit untuk mengendalikan. Karena mengendalikan case harus upaya 2 minggu ke belakang. Anda lihat bagaimana di jalanan 2 minggu ke belakang ini, penuh, macet," kata Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (7/7/2020).
Joni menjelaskan, ada opsi lain yang saat ini digenjot Gugus COVID-19 Jatim untuk merespons deadline dari presiden. Yakni meningkatkan probability (kemungkinan) pasien sembuh.
"Saat ini yang kita upayakan ialah kenaikan angka kesembuhan di Jatim. Sepuluh hari terakhir ini tinggi, meski ada 1-2 hari turun tapi tetap pada grafik yang tinggi," jelasnya.
Selain itu Dirut RSU dr Soetomo ini menyebut, angka kematian COVID-19 di Jatim perlahan mulai melandai. Hal tersebut dinilai memberi arti dalam proses penanganan kasus Corona ini.
"Sekarang angka kematian mulai melandai, kesembuhan naik meski kadang turun. Ini yang membawa arti. Ke depan moga-moga virus ini menjadi versi yang lain. Seperti influenza," ujarnya.
Joni juga menambahkan, saat ini pihaknya berusaha agar kelompok masyarakat yang terkena COVID-19 tidak menularkan virus ke orang lain.
"Jadi gini, virus itu misal masuk ke satu kelompok masyarakat. Satu orang kena gejala berat, dua orang kena gejala berat, lalu tiga orang kena gejala berat. Nah yang keempat dan kelima gejalanya ringan," paparnya.
"Kenapa ringan? karena ini sudah ada imunitas. Awalnya virus itu ganas, tapi akhirnya turun. Kelompok ini akhirnya membentuk jadi imun. Jangan sampai kelompok ini keluar dan menular. Akhirnya membawa virus lagi. Jadi ini teori pandemi. Sulit tapi dengan cara isolasi nanti mati sendiri virusnya," pungkasnya.