Selama pandemi COVID-19, alat rapid test paling banyak digunakan untuk mendeteksi antibodi seseorang. Selain harganya lebih murah, rapid test juga lebih mudah dijangkau seperti di Puskesmas.
Namun akurasi dari rapid test tidak semaksimal tes swab PCR. Baru-baru ini terdapat tes IgG dan IgM yang dipercaya tingkat akurasinya lebih tinggi dibandingkan dengan rapid test.
Imunoglobulin atau IgM dan IgG merupakan antibodi yang dihasilkan tubuh saat terpapar virus Corona. Hasil itu ditemukan di dalam darah yang memiliki kuman, virus, atau zat kimia tertentu.
Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), dr Alfian Nur Rosyid SpP menjelaskan, tes IgG dan IgM proses pengambilan darahnya bukan menggunakan alat seperti rapid test. Namun darah yang diambil kemudian dimasukkan ke dalam mesin yang menghasilkan nilai IgG dan IgM.
"Cuman pemeriksaannya sama untuk imunoglobulin. Ada pun serologi, tapi saya tidak paham apakah nilai IgG dan IgM sama, karena hanya serologi. Serologi itu pengambilan dari darah memang," kata Alfian saat dihubungi detikcom, Selasa (7/7/2020).
Tes serologi merupakan tes antibodi COVID-19 berbasis lab untuk mendeteksi IgM dan IgG dalam darah. Cara mendeteksinya dilakukan dengan mengambil darah pasien dan dimasukkan ke tabung darah untuk diproses di laboratorium.
Hasil dari tes serologi ini bisa reaktif dan negatif. Jika hasilnya reaktif kemungkinan tubuh terdapat virus.
Alfian mengatakan, tingkat akurasi tes IgG dan IgM lebih tinggi dibandingkan dengan rapid test. Namun tingkat sensitivitasnya tetap lebih tinggi PCR.
"Akurasi dinyatakan iya, dari pabriknya menyatakan lebih bagus karena menggunakan mesin," ujarnya.
Namun, alat ini masih belum banyak dipakai di RS. Bahkan, di RS Unair Surabaya sendiri belum melakukan pemeriksaan IgG dan IgM seperti rapid test maupun swab. Karena mempertimbangkan alat reagen yang harus habis di satu waktu.
"Kalau pakai alat itu masih baru beberapa RS sudah melakukan pemeriksaan. RS Unair belum, ada sih kalau mau melakukan itu saya pernah tanya dokter di lab. Cuman reagennya itu sekali buka harus habis dalam durasi tertentu. Kalau untuk tes massal bisa," jelasnya.
Dia juga mengatakan, jika tes IgG dan IgM ini tergolong masih baru. Ke depannya, bisa saja tes ini menggantikan rapid test karena tingkat akurasinya lebih tinggi.
"Bisa menggantikan rapid test karena sama yang diukur. Tapi ya alatnya susah dicari, karena itu alatnya perlu mesin khusus ndak semua RS ready dan memiliki. Saat ini yang terjangkau rapid test," pungkasnya.