Selama pandemi, para petani jeruk keprok punten atau batu 55 tidak perlu susah payah mencari pembeli. Para pembeli datang sendiri ke kebun-kebun.
"Biasanya kita yang datang cari pasar, cari-cari perbedaan harga pasar. Sekarang tidak, pedagang datang bawa harga sendiri," kata Badrus Sholeh (42), salah seorang petani jeruk di Desa Ngembal, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Jumat (3/7/2020).
Badrus mengatakan para pembeli sebagian besar datang dari Malang. Harga beli dari petani Rp 6 ribu/kg.
"Harga itu sudah cocok, sudah dapat untung. Kita juga nggak keluarkan biaya kirim," terangnya.
Perkebunan jeruk di Desa Ngembal pernah berkembang pesat pada tahun 1980-1990, kemudian lesu. 5 Tahun terakhir bangkit lagi. Saat ini terdapat 13 hektar lahan pohon jeruk. Sementara petani jeruk mencapai lebih dari 350 orang.
"Pohon jeruk sangat cocok di Tutur. Para petani juga semangat, makanya saat kami diminta, kami dengan senang hati membantu," kata Harwanto, Kepala Balitjestro, Kementerian Pertanian.
Harwanto mengantakan pohon jeruk sangat potensial secara ekonomi. Jika ditanam dan dirawat dengan benar masa produktif mencapai 25 tahun.
"Syaratnya pemilihan benih, pemupukan, pemotongan hingga jarak tanam harus tepat. Pohon ini mulai berbuah usia 3 tahun setelah tanam, 5 tahun sudah balik modal," pungkasnya.
(fat/fat)