Di media sosial, ada manuver mendesak Wali Kota Risma mundur setelah sujud di hadapan IDI. Menanggapi hal itu, PDIP menyebut desakan tersebut sebagai aksi politik menjelang Pilkada.
"Pertama, desakan mundur itu bagian dari aksi politik pihak tertentu menjelang Pilkada, yang berupaya mendelegitimasi Wali Kota Tri Rismaharini melalui buzzer-buzzer di media sosial," kata Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Adi Sutarwijono kepada detikcom, Kamis (2/7/2020).
Meski begitu, Adi yakin bahwa warga Surabaya sudah rasional dalam berpolitik. Ia juga memaparkan sederet terobosan Risma sebagai Wali Kota Surabaya.
Baca juga: Netizen Debat Soal Risma Sujud di Depan IDI |
"Sekelompok pihak yang memainkan itu lupa bahwa rakyat Surabaya sudah sangat rasional dalam melakukan tindakan politik. Mereka sudah merasakan hasil kerja keras Pemkot Surabaya selama ini dalam memajukan kota serta memenuhi hak-hak warga dengan baik. Pendidikan gratis sampai SMA dipelopori Surabaya sejak era Wali Kota Bambang DH sampai Wali Kota Tri Rismaharini. Penataan kota yang menjadi rujukan banyak daerah di dunia juga terjadi di era kepemimpinan PDI Perjuangan di Surabaya," imbuh Adi.
"Perhatian kepada warga kurang mampu dengan program pemberian makanan gratis juga dimulai di era kepemimpinan Tri Rismaharini. Tata kelola pemerintahan bersih berbasis elektronik Surabaya adalah salah satu yang pertama di Indonesia. Dan masih banyak lagi program prorakyat lainnya," lanjut Adi.
Tonton video 'Risma Sujud ke IDI, dr Sudarsono Beri Penjelasan':
Pria yang menjabat Ketua DPRD Kota Surabaya juga menyakini, warga tidak akan melupakan semua yang telah diukir Risma di Kota Pahlawan. Menurutnya, itu terbukti karena hingga saat ini dukungan untuk PDIP di Surabaya masih tinggi.
"Karakteristik politik masyarakat Surabaya adalah tidak mudah lupa. Selama ini, banyak strategi politik di Indonesia ini memainkan isu-isu baru karena beranggapan masyarakat mudah lupa dengan isu sebelumnya. Padahal di Surabaya tidak demikian. Sejarah sudah membuktikan, PDI Perjuangan digempur sedemikian rupa, toh kepercayaan rakyat Surabaya terhadap PDI Perjuangan tidak surut. Dan itu sudah terbukti bertahun-tahun, melewati beberapa Pemilu. Karena rakyat Surabaya tidak lupa pada kerja-kerja kerakyatan seluruh kader PDI Perjuangan," lanjut Adi.
Terakhir, pria yang akrab disapa Awi menyebut desakan netizen agar Risma mundur tidak relevan.
"Kalau kita bicara substansi, desakan mundur tidak relevan. Bu Risma sungkem dan sujud ke para dokter itu karena meminta maaf. Dia tidak ingin warganya disalahkan karena sebagian belum taat protokol kesehatan. Kesalahan warga itu dia tanggung di pundaknya. Sehingga dia bersujud minta maaf. Apa yang salah dari meminta maaf?" sambungnya.
Senin (29/6), Wali Kota Risma sujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSU dr Soetomo, dr Sudarsono. Aksi itu terjadi saat audiensi bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim dan Surabaya.
Bahkan, Risma sampai sujud dua kali sambil menangis. Aksi itu risma lakukan setelah mendapat keluhan dari Sudarsono. Dalam audiensi itu Sudarsono mengatakan, pasien COVID-19 di RSU dr Soetomo sudah overload. Namun masih banyak masyarakat di luar yang tak patuh protokol kesehatan.