Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo menyarankan Wali Kota Risma tak terlalu menganggap serius keriuhan di dunia maya. Kritik di media sosial bisa diambil sebagai masukan, namun tak perlu dimasukkan ke hati.
Baca juga: Netizen Debat Soal Risma Sujud di Depan IDI |
"Kalau harus sampai disuruh mundur kan memang ndak benar. Karena yang berhak memutuskan kan DPRD, bukan netizen, karena netizen kan macam-macam," kata Suko kepada wartawan di Surabaya, Kamis (2/7/2020).
Komentar warganet diharapkan tak mengganggu Wali Kota Risma, yang disebut Suko sebagai seorang pekerja keras. Sekali lagi, materi nyinyiran bisa dijadikan masukan, namun tak perlu mengganggu konsentrasi pekerjaan.
Bagi Suko, perkara sujud Risma adalah soal komunikasi yang kurang lancar. Suko justru menyoroti para pembantu Wali Kota Risma.
"Menurut saya malah begini, agar Bu Risma sering tidak mengalami shock, kekagetan datanya, kalau tidak bisa komunikasi, Bu Risma bisa meminta bantuan pembantunya kan ada Dinas Kesehatan, Dinas Kominfo," jelasnya.
Risma sujud di kaki Ketua Tim Penyakit Infeksi Emerging dan Remerging (Pinere) RSU dr Soetomo, dr Sudarsono. Aksi itu terjadi saat audiensi bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim dan Surabaya. Bahkan, Risma sampai sujud dua kali sambil menangis.
Aksi itu risma lakukan setelah mendapat keluhan dari Sudarsono. Dalam audiensi itu Sudarsono mengatakan, pasien COVID-19 di RSU dr Soetomo sudah overload. Namun masih banyak masyarakat di luar yang tak patuh protokol kesehatan. (sun/bdh)