Nampan dan Tirai Plastik untuk Hindari Kontak Langsung di Pasar Surabaya

Nampan dan Tirai Plastik untuk Hindari Kontak Langsung di Pasar Surabaya

Deny Prastyo Utomo - detikNews
Senin, 15 Jun 2020 11:08 WIB
pasar tradisional surabaya
Pedagang menggunakan nampan untuk membatasi kontak dengan pembeli (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Pemkot Surabaya terus melakukan pencegahan memutus mata rantai pemyebaran COVID-19 di Surabaya. Salah satunya dengan menyediakan 10 ribu nampan untuk transaksi di pasar tradisional. Nampan diperlukan untuk menghindari kontak langsung pembeli dan pedagang.

Sebanyak 10 ribu nampan gratis telah dibagikan kepada para pedagang di 67 pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya. Penggunaan nampan untuk transaksi pembayaran ini sebagai salah satu konsep pembentukan pasar tangguh di Surabaya.

Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan sejak PSBB di Surabaya tidak diperpanjang, transaksi pembayaran di pasar melalui nampan itu telah diterapkan. Tujuannya, untuk menghindari transaksi atau kontak langsung antara penjual dan pembeli.

"Jadi nampan pembayaran itu sudah diterapkan, dan itu ide dari Ibu Wali Kota. Pembayaran melalui nampan itu wajib diterapkan oleh pedagang. Nah, nanti misalnya yang dapat nampan itu hilang, ya harus membeli lagi dan itu harus dilakukan," kata Hebi kepada wartawan di Balai Kota Surabaya, Senin (15/06/2020).

Selain menerapkan metode pembayaran melalui nampan, Hebi menyebut di pasar basah seperti pedagang daging dan ikan, mereka juga melengkapi lapaknya dengan tirai plastik. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya cipratan-cipratan air kepada para pembeli.

"Nah ini yang harus diantisipasi. Sehingga harus ada tirai berupa plastik itu, untuk membatasi agar cipratan-cipratan tersebut tidak menempel ke mana-mana, agar tidak sampai nyiprati ke pembeli," kata Hebi.

Penerapan tirai plastik itu sudah dilakukan di Pasar Genteng Baru dan Tambahrejo. Para pedagang daging atau ikan di sana telah melengkapi lapaknya dengan tirai plastik.

"Kayak penjual daging itu dikasih tirai semuanya. Jadi sudah ada di Pasar Genteng Baru mulai kemarin, terus yang di Pasar Tambahrejo sedang dikerjakan," ujar Hebi.

Penerapan protokol kesehatan tidak hanya di lakukan di 67 pasar yang dikelola oleh PD Pasar Surya. Namun Pemkot Surabaya juga mengatur protokol kesehatan di pasar krempeyeng atau pasar tumpah yang dikelola oleh LMPK atau yang dikelola oleh warga.

"Pasar krempyeng kita koordinasi dengan Satpol PP, kecamatan dan bagian pemerintahan, untuk menata pasar-pasar krempyeng tersebut. Nantinya ke depan semuanya harus seperti itu," tandas Hebi.

Sementara itu, Direktur Teknik dan Usaha PD Pasar Surya Muhibuddin menambahkan, pihaknya sedang melakukan penataan dengan konsep Pasar Tangguh. Di Pasar Tangguh ini bakal dilakukan perubahan budaya tentang cara belanja di pasar. Selain pedagang dan pengunjung wajib memakai masker, serta dilakukan pengecekan suhu badan, cara transaksi pembeli ke pedagang juga diubah. Biasanya, transaksi pembayaran dilakukan pembeli dengan memberi uang dan langsung diterima pedagang.

"Sekarang cara atau budaya itu diubah. Pembayaran dialihkan menggunakan nampan. Pembeli menaruh uang di nampan, lalu jika ada uang kembalian juga diletakkan di nampan itu," kata Muhibuddin.

Dengan cara tersebut, diharapkan tidak ada interaksi langsung atau sentuhan tangan antara pembeli dengan pedagang. Paling tidak, cara tersebut bisa meminimalisir kontak fisik.

"Ini sudah mulai kita sosialisasi dan terapkan di pasar-pasar yang kita kelola, termasuk di dua pasar tangguh yakni di Pasar Genteng Baru dan Pasar Tambahrejo," jelas Muhibuddin.

Dalam konsep Pasar Tangguh ini, di stan pasar juga dipasangi tirai plastik. Tirai ini digunakan sebagai pembatas interaksi antara pembeli dengan pedagang.

pasar tradisional surabayaTirai plastik digunakan untuk mencegah cipratan (Foto: Deny Prastyo Utomo)

"Memang belum semua stan ada tirai plastiknya, namun kami berharap ke depan secara bertahap semua stan bisa menerapkan ini," tambah Muhibuddin.

Selain itu, jumlah pengunjung pasar juga akan dibatasi. Jika kondisi di dalam pasar sudah ramai, maka pengunjung lain yang hendak masuk disetop dulu. Karena itu, Muhibuddin mengimbau agar pembeli membawa daftar belanjaan. Sehingga saat ke pasar pembeli tidak bingung lagi hendak membeli apa.

Dengan membawa daftar belanjaan, hal itu juga akan mempengaruhi lama atau tidaknya berada di pasar. "Dengan daftar belanjaan, belanjanya cukup 30 menit," lanjut Muhibuddin.

Tidak hanya itu, di Pasar Tangguh juga diterapkan one way. Maksudnya, ada pengaturan arah pengunjung atau pembeli di dalam pasar. Misalnya, di pasar diterapkan jalan searah yang diaplikasikan dengan pemasangan petunjuk arah di lantai pasar. Selain itu, pintu masuk dan pintu keluar pasar dibuatkan sekat atau jarak pemisah. "Agar ada physical distancing dan tidak ada pengunjung yang saling berpapasan," katanya.

Di Pasar Tangguh juga dibentuk tim khusus atau satgas. Satgas ini adalah kolaborasi antara pengelola pasar dengan pedagang. Mereka memiliki job description yang sama pula dengan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo, yaitu sebagai Satgas Wani Sehat, Satgas Wani Sejahtera, Satgas Wani Jogo, dan Satgas Wani Ngandani.

"Kita libatkan pedagang karena mari bersama-sama menjaga pasar. Ini tugas kita bersama," pungkas Muhibuddin.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.