Pandemi Corona berdampak pada melemahnya perekonomian Indonesia. Terlebih bagi usaha mikro, pemberlakuan work from home serta lesunya daya beli, menurunkan omzet secara drastis. Tidak sedikit pelaku usaha mikro yang memutuskan menutup usahanya.
Perwakilan Pengelola Wisata Kabupaten Blitar, Akhsin Al Fata menilai kondisi ini memicu tumbuhnya gerakan gotong royong. Gerakan ini berupaya mengembalikan kondisi perekonomian dengan fokus pada pemulihan usaha mikro dan daya beli masyarakat grass root.
Soal protokoler kesehatan saat new normal, seperti pembatasan jumlah pengunjung 40 persen. Dan batasan jam buka lokasi wisata dari pukul 08.00 WIB - 20.00 WIB, Akhsin mengaku telah mempersiapkan diri sejak awal.
"Kami sudah siapkan semua. Saat ini, kami tinggal menunggu kebijakan Pemkab Blitar saja," kata Akhsin kepada detikcom, Senin (15/6/2020).
Dari beberapa kali diskusi, jelas dia, lahirlah program GRESS. Gerakan Rekondisi Ekonomi, Sosial dan Spiritual adalah New Normal Indonesia. Normal baru yang akan membangkitkan perekonomian serta berdampingan dengan wabah COVID-19.
"Usaha mikro dipilih karena terbukti mampu menjadi penopang ekonomi Indonesia. Dengan berkontribusi 60,3% pada produk domestik bruto (PDB). Sehingga kami berbincang bersama, bagaimana cara kami pelaku wisata ini bergotong-royong dengan semangat new normal ini," tambahnya.
Gerakan ini menjadikan kekuatan sosial yang terwujud dalam gotong royong sebagai landasannya. Serta kearifan lokal yang menjadikan spiritualitas sebagai sandaran optimisme melihat masa depan. Secara praktis, GRESS berupaya memulihkan ekonomi secara gotong royong. Membangun budaya hidup bersih, sehat dan tertib.
"Konsep gotong royong pada pemulihan ekonomi dilakukan dengan semangat membeli produk saudara, tetangga atau teman. Membuka lapangan pekerjaan baru, digitalisasi pemasaran produk UMKM, serta mendorong pemerintah untuk mengalokasikan APBD pada upaya recovery/pemulihan ekonomi mikro," bebernya. (fat/fat)