Siapkah Surabaya Hadapi New Normal, Ini Kata Sosiolog

Siapkah Surabaya Hadapi New Normal, Ini Kata Sosiolog

Esti Widiyana - detikNews
Jumat, 05 Jun 2020 20:00 WIB
Bagong Suyanto
Bagong Suyanto (Foto: Istimewa)
Surabaya - Beberapa daerah di Indonesia sudah dinyatakan Presiden Jokowi siap menghadapi kehidupan new normal di masa pandemi Corona. Setidaknya ada 25 kabupaten atau kota yang dikatakan siap menjalani new normal.

Salah satunya Kota Surabaya. Namun, kasus Corona di Surabaya masih terus bertambah, per 4 Juni terdapat 2.828 kasus terkonfirmasi.

Menurut Pakar Sosiologi Unair Prof Drs Bagong Suyanto MSi, masyarakat di daerah mana pun belum saatnya menghadapi new normal, termasuk Surabaya. Hal tersebut dapat dilihat dari perilaku masyarakat yang sulit untuk memenuhi protokol kesehatan, terutama daerah padat penduduk.

Selain itu, pendekatan yang dikembangkan pemerintah selama ini lebih banyak pada ancaman hukuman atau regulasi. Di mana jika dilihat keadaan masyarakat saat ini lebih membutuhkan pendekatan alternatif dengan basis reward atau insentif pada masyarakat.

"Jadi mestinya kalau memang mau menyiapkan masyarakat nyambut era new normal, pemerintah harus siap dengan berbagai alternatif pendekatan yang tidak menghomogenisasi seluruh masyarakat Surabaya dengan satu pendekatan itu," kata Bagong dalam siaran pers yang diterima detikcom, Jumat (5/6/2020).

Dalam menghadapi new normal, kata Bagong, yang menjadi persoalan saat ini ialah cara memfasilitasi dan mempercepat kesiapan masyarakat. Tujuannya agar kesiapan masyarakat dalam merespons new normal tidak gagap atau tidak ketinggalan, bahkan bisa mengancam keselamatan.

"Tapi perlu begini, jangan hanya menjelaskan arti penting new normal itu dari segi medis artinya mengancam keselamatan nyawa dan sebagainya. Justru itu pemerintah itu harus menggeser, selama ini kan kepada medis dan ekonomi, sosialnya kan belum digarap," jelasnya.

"Merefokus penanganan COVID-19 ini dari sisi sosial juga harus diperhatikan sekarang, harus mau membantu kesiapan masyarakat ke arah sana," ujarnya.

Dengan begitu, lanjut Bagong, penekanan pendekatan yang digunakan dalam menghadapi new normal tidak dihomogenisasi atau disamaratakan. Pemerintah juga harus merangkul kelompok masyarakat sebagai support system.

"Dan juga, salah satu fokus pemerintah yaitu memiliki skala prioritas dengan memilih kelompok-kelompok yang harus diprioritaskan," pungkas Bagong. (iwd/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.