Tinggal Berdua, Adik-Kakak di Surabaya Senang Dapat Bantuan dari Khofifah

Tinggal Berdua, Adik-Kakak di Surabaya Senang Dapat Bantuan dari Khofifah

Hilda Meilisa Rinanda - detikNews
Selasa, 02 Jun 2020 22:15 WIB
Akbar Ari Syaifullah dan Fariz Ari Hidayat tak kuasa menahan haru saat utusan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengantarkan bantuan. Yakni berupa sembako dan uang tunai.
Penyerahan bantuan dari Gubernur Khofifah/Foto: Istimewa
Surabaya -

Akbar Ari Syaifullah dan Fariz Ari Hidayat tak kuasa menahan haru saat utusan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengantarkan bantuan. Yakni berupa sembako dan uang tunai.

Mereka merupakan kakak beradik yang kini hanya hidup berdua di sebuah perkampungan Kawasan Bulak Rukem, Surabaya. Ibu mereka meninggal pada Minggu (31/5/2020). Sementara sang ayah telah berpulang sejak dua tahun silam.

Pandangan mereka kosong saat utusan gubernur menyerahkan bantuan itu. Tembok rumah warna krem dengan goresan sana-sini itu seolah menggambarkan kesepian mereka yang teramat dalam. Berderet masker kain menggantung di halaman, yang berbatasan langsung dengan pagar rumah.

Tak banyak yang diutarakan. Akbar hanya berharap agar Gugus Tugas COVID-19 Surabaya lebih maksimal menangani Corona. Harapannya bukan tanpa alasan. Sejak beredar kabar mendiang ibunya terkonfirmasi positif Corona, mereka sangat terpukul.

"Masalahnya kerja per-kelurahan kadang tidak sinkron. Kalau mungkin gugus tugas itu harusnya ada di kelurahan dan seharusnya ada patroli yang ditugaskan untuk berputar-putar di daerah kelurahan. Karena itu, maka tidak bisa kita menahan COVID-19. Karena COVID-19 itu sangat lumayan sekali harusnya ada pasukan dari Koramil atau apa yang siap patroli," terang Akbar di rumahnya, Selasa (2/6/2020).


Selain itu, ia juga mengaku belum mendapatkan bantuan moril maupun materil dari Pemerintah Kota Surabaya. "Masih tidak ada bantuan cuma hanya semprotan disinfektan saja di sekitar rumah warga," imbuhnya.

Maka dengan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut, ia mengaku sedikit lega. Setidaknya ia bisa memenuhi kebutuhan hidup untuk beberapa hari ke depan. Bantuan berupa sembako dan uang tunai itu melengkapi bantuan inisiatif dari warga.

"Harapan saya semoga banyak yang mendapatkan bantuan seperti ini, pada orang-orang yang memang terdampak positif COVID-19," ungkap Akbar.

Sebelum meninggal, ibu Akbar dan Fariz diketahui menderita sakit lambung. Ia langsung memeriksakan diri di Kapasari pada Selasa (26/5). Karena peralatan tidak memadai, akhirnya ia diminta melakukan pengobatan ke RSUD dr Soetomo.

"Cuma di Kapasari nggak ada alatnya langsung dibawa ke RSUD dr Soetomo. Dan itupun peralihan dari Kapasari ke RSUD dr Soetomo itu kami menyewa grab sendiri," papar Akbar.


"Nggak bisa pakai ambulans saya kurang tahu alasannya kenapa, karena dari dokternya tidak menjelaskan. Padahal itu sudah kondisi darurat akhirnya kami nekat pakai grab. Adik yang mengurusi ibu karena saya sakit," tambahnya.

Ia mengembuskan napas terakhir di RSUD dr Soetomo dan dimakamkan dengan protap COVID-19 di TPU Keputih, Surabaya. Kendati demikian, Akbar dan Fariz mengaku tidak ada beban biaya saat ibunya dirawat di rumah sakit. Hanya saja saat proses pemakaman di TPU kena biaya administrasi Rp 270 ribu.

"Jadi dari RSUD dr Soetomo nggak ada biaya sama sekali," imbuh Fariz.

Waktu pemakaman, ada lima warga yang ikut mengantarkan jenazah ke pembaringan terakhir. Sementara Akbar tengah sakit. Ia bahkan tak kuat jalan kaki.

Akbar mengaku sakit sejak ibunya masih ada. Kepergian sang ibu makin mempengaruhi kondisi psikisnya. Terlebih, santer kabar bahwa mendiang terkonfirmasi positif Corona. Kakak beradik ini dengan sadar mengisolasi diri di rumah.


"Saya melakukan isolasi mandiri akhirnya juga mengurangi dampak interaksi dengan masyarakat. Akhirnya saya juga merasa kesepian dan pengaruh psikis," sambung Akbar.

"Sejak meninggalnya ibu ini secara psikis juga membuat saya tertekan dan kurangnya interaksi dengan masyarakat. Juga mengurangi pola interaksi saya dan akhirnya saya juga merasa kesepian," ujarnya.

"Nggak ada yang melarang kami keluar cuma kesadaran dari kami sendiri. Saya lebih merasakan tekanan batin," ucapnya.

Warga sekitar memberikan bantuan makanan, minuman dan kebutuhan pokok lain. Kendati hanya diletakkan di depan pagar rumah saja.

"Warga tidak mengucilkan hanya saya melakukan kesadaran untuk isolasi mandiri," tutur mahasiswa semester 6 salah satu perguruan tinggi swasta ini.


Akbar dan Fariz dikhawatirkan terpapar COVID-19. Sehingga dengan penuh kesadaran ia mengisolasi diri. Hasil swab-nya keluar hari ini.

"Saya panas tapi sedikit batuk, tidak sesak napas. Cuma lendir kecil-kecil saja. Panasnya kalau merasa sendirian akhirnya terasa. Tidak menggigil banget," tutur Akbar mengisahkan cerita yang ia hadapi.

Saat di rumah sakit, Akbar dan Fariz pernah melihat ibunya sesak napas kendati tidak sampai kejang. "Saya pernah melihat ibu sesak napas waktu Selasa saat dibawa ke rumah sakit. Tidak sampai parah. Sebelumnya tidak ada gejala," urainya.

Selanjutnya sang ibu menjalani swab namun sebelum hasilnya keluar, pasien telah meninggal dunia. Sehingga kabar simpang siur tentang penyebab kematian sang ibu beredar di masyarakat.

"Hasil swab hari ini keluar, cuma karena kami isolasi mandiri jadi nggak bisa ngambil. Pihak terkait cuma mengatakan hasil swab-nya masih belum keluar. Cuma masih dijanjikan hari ini. Tapi kata dokter sudah mengarah ke COVID-19. Tapi hasil swab belum keluar," ucap Akbar.


Sumadi, tetangga depan rumah Akbar dan Fariz menuturkan, sebagai tetangga pihaknya merasa simpati atas musibah yang menimpa mereka.

"Saya sebagai tetangga merasa simpati karena untuk sementara itu banyak warga mengasihkan makanan selebihnya untuk komunikasi warga rasanya agak takut karena ada informasi kena COVID-19. Jadi secara langsung warga nggak ada yang berani hanya ada sedikit partisipasi dari warga saja," lanjut Sumadi.

Menurutnya, belum ada tindakan dari Pemkot Surabaya. Hanya partisipasi dari warga yang merasa simpati terhadap Akbar dan Fariz.

"Selebihnya belum ada tindakan dari Pemkot Surabaya. Untuk bantuan belum ada," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.