Ada dua penyebab terjadinya gelombang 'tsunami' di Danau Kawah Ijen menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Yakni karena adanya pertemuan suhu berbeda serta terjadinya longsoran.
"Untuk sementara sesuai dengan pengamatan, itu adanya pertemuan suhu yang berbeda. Antara kawah yang panas dengan hujan yang dingin. Sehingga memunculkan bualan besar dan terjadi gelombang," ujar Hendra Gunawan, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada PVMBG kepada detikcom, Selasa (2/6/2020).
Menurut Hendra, gelombang setinggi 3 meter itu juga dimungkinkan terjadi karena adanya longsoran lokal. Longsoran itu disebabkan curah hujan yang tinggi.
"Mungkin juga ada kejadian longsoran lokal, dengan curah hujan tercatat beberapa kali cukup tinggi (> 200 mm per hari)," tambahnya.
Gelombang seperti tsunami itu disaksikan langsung oleh dua penambang belerang. Namun satu di antara mereka gagal menyelamatkan diri.
"Yang pasti ada gelombang di permukaan air danau. Ada saksi korban selamat pun memberi tahu hanya perkiraan dia saja setinggi hampir 3 meter," lanjutnya.
Penambang belerang yang gagal menyelamatkan diri yakni Andika, warga Dusun Krajan, Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Jenazahnya ditemukan pada Sabtu (30/5) pagi di tengah danau.
Fenomena alam itu terjadi pada Jumat (29/5) siang. Korban sempat terpeleset saat menyelamatkan diri sehingga tercebur ke kawah.