Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tengah fokus pada tes swab massal untuk warga reaktif. Meski begitu, ia pelan-pelan memikirkan konsep new normal untuk Surabaya.
"Insyaallah kita bisa. Makanya saya usahakan Asrama Haji ini Juni (selesai tes swab). Itu kalau saya hitung jadwalnya. Makanya harus cepat. Karena kalau gini ya, apapun ya, dia sakit atau tidak sakit dia harus 14 hari (isolasi), nggak bisa keluar dari situ. Makanya saya udah hitung gitu, kalau ini swab terlambat, artinya saya mundur lagi waktunya," kata Risma kepada wartawan, usai rapat paripurna di DPRD Kota Surabaya, Kamis (28/5/2020).
Risma menambahkan, dari 2.700 sampel darah yang dilakukan rapid test, 38,5 persen hasilnya reaktif. Selanjutnya Pemkot Surabaya mengisolasi mereka yang reaktif di tempat yang disediakan.
"Tapi reaktif ini opname (isolasi) 14 hari gitu loh. Karena kita nggak tahu perkembangan itu kan. Karena harus dihitung, jangan lupa itu semuanya kita punya jadwalnya. Jadi kita punya data orangnya. Jadi hasil dari tracing itu. Dan itu kita tahu dia masuk rumah sakit kapan, dia di-swab, kapan dia di-rapid itu, kita semua punya datanya orang-orang itu," ungkap Risma.
Selain itu, Risma juga tengah menyiapkan lokasi baru sebagai rumah sakit darurat. Namun saat ini masih dirahasiakan. Wali kota dengan segudang prestasi itu berharap, lokasi baru itu tidak sampai digunakan atau wabah Corona keburu berakhir.
"Saya menyiapkan juga, selain Asrama Haji, rahasia, nanti kalau sudah (pasti) saya ngomong. Dibantu doa ya, mudah-mudahan sini tidak ditempati gitu. Karena saya khawatir kalau haji (Asrama Haji) ini digunakan, kita juga harus pergi gitu lo," sambungnya.
Mengantisipasi Asrama Haji digunakan untuk kegiatan haji, Risma akan memajukan jadwal tes swab bagi para warga reaktif, yang saat ini diisolasi di asrama tersebut.
"Jadi saya berharap 14 (hari) ini, makanya swab-nya saya majukan, kalau ini nanti swab negatif, kemudian 14 hari mau kita swab lagi, kalau negatif maka dia keluar di Asrama Haji," lanjut Risma.
Risma memprediksi, tes swab di Asrama haji bisa dilakukan dengan cepat pada Bulan Juni. Keyakinan Risma muncul setelah menerima bantuan mobil PCR Mobile dari BIN dan mobil lab swab cepat dari BNPB.
"Iya itu pinjem. Saya ngomong, kalau tidak dikasih sudah kita pinjam aja. Akhirnya dipinjemi. tapi yang dari BIN itu kita diberi. Jadi kalau yang dari BIN itu tiba-tiba dibantu alhamdulillah. Dua dipinjemi dari BNPB karena kita kan gak bisa ke ITD Unair karena tutup,"
Menurutnya, mobil tes swab dari BIN bisa menampung 500 sampel untuk dites PCR. "Saya sampaikan kalau kapasitasnya sehari, 100 atau taruh lah 200. Kalau dari BIN 500. Itungan saya lima hari selesai. Karena yang belum di swab kurang lebih sekitar seribuan," ujar Risma.
Selain fokus pada tes swab massal, pelan-pelan Risma juga tengah menyiapkan new normal di Surabaya. "Saya harus tahu progress ini gitu lo. Kalau setelah itu kan, kita sudah mulai nyiapkan. Bukan hanya new normal, tapi bagaimana terutama menggerakan ekonomi Surabaya. Masyarakat bisa bekerja bagaimana caranya. Itu sudah kita pikirkan cuma masalahnya belum saat saya ngomong. Kita harus hormati para tenaga medis ini berjuang ya," papar Risma.
Selain itu, Risma juga mengaku memikirkan konsep new normal yang bisa betul-betul memulihkan keadaan di Surabaya. Mulai dari sektor ekonomi warga, dunia transportasi, pendidikan dan sebagainya.
"Iya ada nanti bagaimana percepatan orang bisa bekerja. Saya kan ngomong menyiapkan tempat jualan gampang, tapi tidak semua orang bakat jualan. Nanti tambah bangkrut kan susah. Termasuk pendidikan, termasuk transportasi, pelan-pelan kita siapkan itu," pungkas Risma.