Pantauan detikcom, lapak para pedagang pleret di sekitar Alun-alun mulai buka sejak H-7 lebaran. Dan lapak pedagang bertambah makin banyak saat lebaran tiba. Namun lebaran tahun ini dirasakan masa paling sulit bagi mereka.
Pandemi Corona membuat mereka setengah hati membuka lapaknya. Karena pembeli sangat sepi dampak adanya pembatasan cara berjualan dan nyaris hilangnya pemudik yang jajan minuman khas Blitar ini. Para pedagang pleret di alun-alun sepakat bahwa pleret harus dibungkus dan tak boleh dimakan di tempat.
"Saya buka sejak H-7 lebaran. Tapi lebaran ini sepi sekali. Biasanya pemudik itu yang dicari kan minuman khas Blitar, ya pleret ini. Tapi sekarang bener-bener sepi, sehari dapat Rp 100 ribu saja sudah syukur," kata Septi kepada detikcom, Selasa (26/5/2020).
Septi mengaku jika masa lebaran dalam kondisi normal, omzet yang diperolehnya antara Rp 1 sampai 1,5 juta per hari. Bahan pleret sebanyak 10 kg mereka siapkan setiap menjelang lebaran. Namun pada H+1 lebaran, bahan pleret yang hanya setengah kilogram saja masih tersisa dan harus dibuang.
"Sepi njanduk pol (sepi sekali). Omzet turun sampai 90 persen. Ini H+1 lebaran juga makin sepi. Dapat Rp 50 ribu saja sudah bagus," imbuhnya.
Keluhan serupa juga diakui Ayuni. Sudah dua bulan dia menutup lapaknya. Dan baru H+1 lebaran baru buka dengan harapan bisa kembali normal jualan pleretnya.
"Niatnya buka lagi...ternyata kok setengah mati gini sepinya. Semua barang sudah saya jual buat bertahan di saat pandemi. Kalau jualan sepi seperti ini terus gimana lagi," ucap Ayun sambil meladeni dua pembeli pertamanya.
Septi, Ayuni dan beberapa pedagang di sekitar Alun-alun Kota Blitar, termasuk sasaran penerima bantuan sembako dari Pemkot Blitar. Namun, mereka menilai, tak bisa selamanya menggantungkan hidup dari bantuan pemerintah.
Apalagi dengan dimulainya kehidupan new normal ini. Mau tak mau mereka harus menyesuaikan pola berdagangnya dengan memanfaatkan teknologi komunikasi.
"Iya...saya sekarang belajar jualan online. Sayangnya, saya telat baru mau belajar sekarang. Saya pikir pagebluknya segera berakhir, ternyata gak tahu kapan hilangnya. Ya harus tetap jualan, ini minta ajarin anak saya gimana jualan online itu," pungkas Ayun penuh harap. (iwd/iwd)