Dengan penurunan jumlah akseptor KB, dikhawatirkan akan terjadi lonjakan angka kelahiran pancapandemi. Untuk itu Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan KB (P3AP2KB) Kota Blitar punya pekerjaan rumah berat untuk mengingatkan kembali para akseptor melanjutkan program Keluarga Berencana itu.
"Untuk laporan Maret itu pelaksaaan Februari ada sebanyak 244 akseptor. Sedangkan laporan April itu pelaksanaan Maret turun 30 persen menjadi 169 akseptor," jelas Kadis P3AP2KB Kota Blitar, Sulistiani kepada detikcom, Senin (11/5/2020).
Data yang dihimpun detikcom dari dinas ini, pada laporan bulan Maret terdapat 100 akseptor IUD, 27 MOW, O MOP, 10 kondom, 5 implant, 62 suntik dan 40 akseptor pil. Sedangkan pada laporan bulan April, akseptor KB jenis IUD ada 81, MOW 17, MOP 0, kondom 11, implant 2, suntik 46 dan pil 12 akseptor.
"Penurunan akseptor ini sangat mengkhawatirkan dalam kondisi sulit pandemi Corona ini. Karena potensi terjadinya lonjakan kelahiran juga tinggi. Untuk itu kami kumpulkan lagi kader dan para penyuluh untuk door to door mengingatkan akseptor melanjutkan programnya," imbuhnya.
Menurut Sulis, penurunan akseptor KB ini dampak penerapan physical dan social distancing. Masyarakat tidak berani ke layanan kesehatan sementara dinasnya sendiri sejak COVID-19 mewabah langsung menghentikan semua kegiatan sosialisasi dan edukasi KB.
"Seperti vasektomi atau MOP kenapa kosong, karena biasanya kami lakukan kerjasama dengan Dinkes Provinsi Jatim sambil safari KB. Sekarang juga sudah ada kerjasama dengan RSUD Mardi Waluyo. Namun kondisi sekarang, rumah sakit rujukan kan fokus pada penanganan Corona," ungkapnya.
Sulis juga mengimbau, pasangan subur di Kota Blitar lebih disiplin ber-KB dan menunda dulu melahirkan. Karena banyak faktor yang tidak mendukung jika melahirkan saat virus Corona masih mewabah. Baik itu faktor ekonomi, sosial maupun kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan.
"Usia produktif itu antara 15 sampai 49 tahun. Sebaiknya ditunda dulu melahirkan. Di saat pandemi ekonomi kita masih morat-marit tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan janin tidak bisa optimal. Selain itu kesehatan ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan merupakan golongan yang sangat rentan terpapar COVID-19," pungkasnya. (fat/fat)