Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Tulungagung Bambang Triono mengatakan penggunaan rapid test terbanyak dilakukan saat menelusuri mata rantai penularan Corona di Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol. Di desa tersebut pihaknya menghabiskan 1.183 rapid test.
"Selain di Jabalsari, ratusan rapid test juga kami manfaatkan saat menelusuri klaster lain, seperti klaster pasien pertama, kemudian TKHI, hingga yang terakhir kami menghabiskan banyak rapid test untuk memeriksa karyawan pabrik rokok," kata Bambang Triono, Rabu (6/5/2020).
Penyisiran paparan Corona dengan rapid test dinilai cukup efektif, dari 5.000 test kit yang digunakan, hasilnya mencapai sekitar 80 persen. Warga yang terdeteksi reaktif saat tes kilat, akan dilakukan pendalaman melalui pemeriksaan swab atau Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Efektivitasnya bisa dilihat pada kasus Jabalsari, di situ dari 18 yang reaktif ada sembilan orang ternyata positif, sedangkan tiga negatif dan enam masih belum keluar hasil swab-nya," ujarnya.
Bambang mengaku saat ini stok rapid test di Tulungagung masih tersisa lebih dari 1.000 kit. Untuk menjaga kebutuhan alat tes tersebut pihaknya telah melakukan pengadaan tambahan sekitar 3.000 unit melalui pihak ketiga.
"Untuk stok Insyaallah aman. Untuk yang kami pesan ini sudah sesuai di e-katalog. Kalau asal barang dari mana kami kurang tahu, karena pihak ketiga yang menyediakan," imbuh Bambang.
Gugus tugas berkomitmen untuk melakukan tracing secara cepat terhadap temuan kasus paparan Corona baru di wilayah Tulungagung. (iwd/iwd)