Momentum Ramadhan hingga Lebaran merupakan saat-saat yang ditunggu mandor bus malam di Terminal Purabaya. Seperti yang diungkapkan Moch As'ad. Bagaimana tidak, pada momentum ini penumpang bus biasanya membeludak hingga berkali-kali lipat.
Namun kehadiran virus Corona melenyapkan segalanya. Jangankan mendamba penghasilan yang ikut naik, akibat COVID-19 ini, pendapatan pria yang akrab disapa Piyak ini menurun drastis.
Bahkan Piyak kebingungan bagaimana memenuhi kebutuhan rumah tangganya karena terancam tak ada pemasukan hingga 14 hari ke depan.
Kebingungan Piyak ini tak lain akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai diterapkan di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Akibatnya, baik bus antarkota dalam provinsi (AKDP) hingga bus antarkota antarprovinsi (AKAP) tidak diperkenankan masuk terminal.
"Poooll sepi, nggak ada bus yang parkir sama sekali. Yang jelas, nganggur semua dari sopir, kernet, kondektur, pedagang asongan. Soalnya, nggak ada aktivitas," kata Piyak kepada detikcom di Terminal Purabaya, Bungurasih, Waru, Sidoarjo, Selasa (28/4/2020).
Piyak mengaku tak ada yang bisa dilakukan setelah bus AKDP hingga AKAP tidak beroperasi. Dia mengatakan hanya bisa di rumah saja sambil mencari pekerjaan serabutan lain.
"Terpaksa di rumah saja, kita juga ndak ada pemasukan sama sekali," imbuhnya.
Simak juga video Mudik Dilarang, Terminal Pulo Gebang Lengang:
Piyak menceritakan, pada awal pandemi COVID-19 ini, jumlah penumpang bus memang mengalami penurunan drastis. Data yang dihimpun detikcom, penurunan penumpang bisa mencapai 95 persen.
Piyak mengaku, dalam sehari kadang busnya hanya menerima satu atau dua penumpang. Kadang dia mengaku bus yang dimandorinya tidak beroperasi karena terhitung akan merugi jika membawa satu atau dua penumpang saja.
Saat disinggung apakah dirinya mengikuti program Pra Kerja hingga mendapatkan bantuan dari pemerintah, Piyak menyebut selama ini dirinya belum tersentuh bantuan apa pun.
Piyak berharap pemerintah juga memperhatikan nasib para sopir bus, kenek, kondektur, hingga pedagang asongan yang memiliki gaji harian. Piyak menyebut, jika tak bekerja, para pekerja ini tak akan mendapatkan gaji bulanan seperti pegawai kantoran atau PNS.
"Selama ini nggak ada sama sekali bantuan berupa apa pun. Harapannya, semoga pemerintah segera memberi bantuan dan memperhatikan nasib mandor, sopir bus AKAP atau AKDP, dan pedagang asongan yang nggak bisa kerja lagi karena terminal ditutup," harap Piyak.
Sementara itu, salah satu pedagang asongan di Terminal Purabaya, Dwi, mengatakan sejak pagi belum ada penumpang yang membeli barang dagangannya. Di terminal, Dwi berjualan koran.
"Sepi terminalnya, nggak ada penumpang. Dari tadi belum ada yang beli," pungkasnya.