Kasus positif Corona di Surabaya mencapai 208 orang. Ketua Satgas Kuratif Penanganan COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi mengatakan, itu karena banyak warga yang tidak mematuhi physical distancing maupun social distancing.
"Kemarin buktinya saat di kafe-kafe, tulisannya hanya online ternyata banyak yang nongkrong di dalam. Berapa pun rumah sakit dan bed isolasi yang disiapkan pemerintah tidak akan cukup bila masyarakat tidak patuh terhadap imbauan social distancing maupun physical distancing," kata Joni di Grahadi, Selasa (14/4/2020).
Joni menjelaskan, meski COVID-19 bisa sembuh sendiri, tetapi proses penularan virus tersebut sangat cepat. Celakanya, banyak orang tua yang memiliki penyakit kronis malah tertular dan bisa menyebabkan kematian.
"Kita lihat kematian saat ini COVID-19 paling rentan kepada orang dengan risiko tinggi seperti orang tua, lalu punya penyakit diabetes, darah tinggi, asma hingga jantung. Siapa yang membawa saat ini kita tidak tahu. Oleh karena itu physical distancing itu kuncinya untuk mengurangi penularan ini," terangnya.
Dievakuasi Petugas, Pasien Corona di Mamuju Disemangati Warga:
"Kalau setiap orang sadar dia positif, dia isolasi lalu sembuh sendiri dan tidak menular, otomatis virus ini lama-lama akan habis. Kita ingin memberi impresi, kalau dia positif akan berbahaya dengan orang lain, apalagi teorinya satu orang konfirm positif bisa diikuti 10-20 ODP dan PDP," imbuhnya.
Joni mengatakan, COVID-19 belum ada obatnya hingga saat ini. Menurutnya setiap orang harus menjaga satu sama lain.
Pria yang juga menjabat sebagai Dirut RSU dr Soetomo Surabaya ini menambahkan, virus Corona bisa bermutasi menjadi lebih ganas. Bila bermutasi, bisa tidak mempan dengan obat yang sebelumnya sudah diberikan dokter.
"Jadi yang sebelumnya obatnya mempan, kalau mutasi gak mempan itu berbahaya. Kuncinya pencegahan penyebaran. Kita tidak akan pernah menyelesaikan kuratifnya kalau preventifnya tidak ditangani dengan baik," pungkasnya.