Dua Desa yang bakal menjadi lokasi penelitian adalah Desa Banjarasri dan Desa Kedung Banteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo.
Sebelum melkukan penelitian dan kajian, tim dari ITS melakukan rapat koordinasi bersama Plt Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syafuddin bersama dinas yang terkait di Pendapa Delta Wibawa, Kamis (5/3/2020).
Kepala Pusat Penelitian ITS, Adjie Pamungkas mengatakan, pihaknya mendatangkan ahli dari beberapa bidang untuk meneliti banjir di Tanggulangin. Penelitian yang akan dilakukan ini dibagi dua, yakni Rapid Assessment yaitu penelitian secara cepat dengan cara pengumpulan data serta Long Term atau jangka panjang.
"Kita ingin penyelesaiannya nanti tidak hanya ringkas saja namun secara menyeluruh. Saat ini kita mulai koordinasi," kata Adjie kepada wartawan usai rapat koordinasi di Pendapa Delta Wibawa.
Adjie menambahkan dari hasil diskusi, timnya akan meneliti indikasi penurunan tanah, tata aliran air serta karateristik permukiman. Hasilnya akan kita kaji secara cepat dan hasilnya akan kita diskusikan dengan Pemkab Sidoarjo.
"Selanjutnya menindak lanjuti apa yang harus dikerjakan kedepan," tambah Adjie.
Sementara ahli geologi ITS, Amin Widodo, mengatakan kegiatan ini penelitian pertama pada kasus banjir yang menimpa dua desa di Tanggulangin. Sebelumnya tahun 2016, pihaknya pernah meneliti kawasan Desa Kalidawir, Kedungbanteng dan Banjarasri. Saat itu timnya mengkaji dampak sosial, penurunan tanah, geofisik serta risiko.
"Saat itu kami menemukan penurunan tanah sekitar 8 cm selama tiga bulan penelitian. Salah satu tanda penurunan tanah ya ngantong seperti ini. Air tidak bergerak kemana-mana. Dulu tidak, kok sekarang iya," kata Amin.
"Musim penghujan bukan satu-satunya penyebab banjir, namun saluran yang tidak karu-karuan bisa juga menjadi penyebabnya," tambah Amin.
Sementara Dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS, Kuntjoro, selaku Ketua Tim Kajian menjelaskan, hujan ekstrem bukan penyebab satu-satunya banjir. Ia menduga alih fungsi lahan juga menjadi penyebab banjir di dua desa di Kecamatan Tanggulangin ini.
"Mungkin tambak-tambak sudah berubah hunian. Selain alih fungsi lahan, alih fungsi saluran juga bisa menjadi penyebabnya. Tapi itu masih tahap dugaan. Nanti kita akan melihat kesana untuk mengumpulkan data," tandas Kuntjoro.
Simak video Bikin Banjir, Kang Emil Setuju Proyek Kereta Cepat Disetop:
(fat/fat)