Seperti di toko jamu Kepala Kampung, Jalan Mawar Kota Blitar. Dalam sehari, sebanyak 1,5 kuintal krecek dan bubuk empon-empon terjual habis. Bahkan hari ini, toko jamu yang berusia hampir 150 tahun ini kehabisan stok temulawak.
"Ini jan buanter jualannya. Biasanya dalam sehari itu hanya setengah kuintal. Ini sejak tiga hari yang lalu, sehari bisa 1,5 sampai 2 kuintal per hari. Ini habis stok temulawaknya," kata pemilik toko Kepala Kampung, Sugiono kepada detikcom, Rabu (4/3/2020).
Sugiono biasa mendatangkan empon-empon segar dari wilayah Trenggalek. Empon-empon yang pembeliannya meningkat tajam terdiri dari jahe, temulawak, kunyit kuning dan putih, serta kayu manis.
![]() |
Setelah mendapat kiriman petani Trenggalek, bersama tiga karyawannya, Sugiono mengolahnya menjadi dua bentuk. Ada yang dibuat krecek dengan diiris tipis-tipis. Lalu dikeringkan langsung di bawah terik sinar matahari. Ada juga yang dibuat bubuk dengan cara digiling sangat halus.
Apakah naiknya peminat empon-empon ini ikut menaikkan harga jualnya? Sugiono menjawab tidak akan menaikkan, walaupun banyak yang butuh saat ini.
"Ndak, harga tetap sama dari dulu. Kalau krecek satu ons seharga Rp 10 ribu. Kalau bubuk seharga Rp 15 ribu per ons," jelas generasi ketiga toko jamu itu.
Menurut Sugiono, khasiat empon-empon dikonsumsi dalam kondisi segar dan kering atau bubukan, sama saja. Semua tergantung pada kondisi masing-masing tubuh manusia.
"Ini saya ngomong dari pengalaman ya ....kalau digodok masih segar itu, yang belum biasa akan mengalami pusing dan diare. Namun itu tidak terjadi kalau digodok dalam bentuk krecek. Atau diseduh bubukan. Kalau orang suka praktisnya memang seneng yang bubukan," imbuh lelaki berusia 51 tahun ini.
Empon-empon dalam bentuk krecek dan bubuk juga lebih awet jika disimpan dalam jangka waktu lama. Untuk krecek misalnya, menurut Sugiono bisa bertahan sampai satu tahun. Dan tetap aman dikonsumsi jika belum terbentuk jamur di permukaannya. Begitu juga untuk bubuk, akan mampu bertahan 3-5 bulan jika disimpan dalam tempat kedap udara.
Salah satu warga, Purwanti, membeli empon-empon krecek beragam jenis dalam jumlah banyak. Warga Desa Patok Kecamatan Garum ini mengaku dikonsumsi sendiri dan banyak teman pengajian ikut menitipkan beli.
"Iya banyak belinya. Mending minum jamu mbak daripada kena corona. Medeni (menakutkan). Saya sebelumnya jarang sekali minum jamu. Tapi kalau kondisi sekarang, lebih baik minum jamu daripada ketularan," kata Purwanti.
Tonton juga Kemenkes: 188 WNI ABK World Dream Negatif Corona :
(iwd/iwd)